Fase Penerbangan Pesawat Terbang

Fase Penerbangan Pesawat Terbang

Daftar Isi

Fase Penerbangan Pesawat TerbangDi zaman sekarang, transportasi menjadi salah satu kebutuhan manusia termasuk transportasi udara. Peningkatan jumlah pengguna transportasi udara ini terbukti dengan memperlihatkan dampak padatnya lalu lintas di udara. Efek dari kepadatan lalu lintas udara adalah besarnya resiko kecelakaan.

Fase Penerbangan Pesawat Terbang

Pergerakan pesawat selama ini hanya bisa dipantau oleh radar yang dipunyai oleh regulator perhubungan udara. Dan nyatanya banyak data yang disiarkan oleh pesawat dapat diakses oleh publik, salah satunya adalah Automatic Dependent Surveillance-Broadcast atau ADS-B. Data ADS-B akan dipakai untuk menentukan fase penerbangan. Fase penerbangan merupakan salah satu kategorisasi pergerakan pesawat. 

Fase Penerbangan

Dalam dunia penerbangan pesawat terbang memiliki beberapa  fase dasar dalam suatu penerbangan khususnya pesawat fixed wing yaitu take-off, climb, hingga landing. Berikut penjelasan mengenai beberapa fase penerbangan pada pesawat terbang.

1. Taxi

Taxi atau bergerak di darat merupakan fase penerbangan yang dilakukan pesawat pada saat di bandara  dengan mengikuti garis kuning dari tempat parkir pesawat atau apron dan memasuki landasan pacu atau runway, kemudian mengambil posisi untuk take-off. Untuk menghindari tergulingnya pesawat saat berbelok atau menabrak dengan pesawat lain, kecepatan taxi itu sendiri harus dibatasi.

2. Take-off

Mesin pesawat diposisikan pada daya yang tinggi setelah pesawat melakukan taxi dan sampai di runway pada posisi siap take-off. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong atau menarik pesawat bergerak maju hingga kecepatan tinggi tertentu untuk transisi dari darat ke udara. Transisi dari darat ke udara tersebut disebut dengan lepas landas atau take-off

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan take-off seperti penggunaan slat dan flap, desain sayap, berat pesawat, serta kondisi udara. Pada dasarnya, kecepatan dan jarak take-off yang dibutuhkan akan semakin besar apabila pesawat semakin berat pula. 

Selain itu, headwind atau angin dari arah depan pesawat juga bisa mengurangi kecepatan yang dibutuhkan untuk take-off. Sehingga saat akan take-off disarankan untuk melawan arah angin atau headwind. Sedangkan untuk side-wind atau angin dari arah samping pesawat disarankan untuk dihindari karena dapat mengganggu stabilitas pesawat.

3. Climb

Climb adalah fase penerbangan pesawat menuju pada ketinggian tertentu untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal atau cruise. Pesawat terbang akan meningkatkan lift atau gaya angkat untuk dapat naik pada ketinggian tersebut. Cara yang dilakukan adalah meningkatkan angle of attack atau sudut serang serta meningkatkan daya pada mesin untuk mendapatkan gaya dorong yang berakibat pada naiknya kecepatan hingga gaya angkat melebihi berat pesawat.

4. Cruise

Cruise merupakan fase penerbangan pesawat dalam keadaan terbang memakai bahan bakar paling ekonomis dan dalam kondisi desain yang optimal secara teknis. Fase cruise ini mempunyai durasi yang paling lama selama perjalanan di udara maupun melakukan misi hingga sampai di tujuan. 

Pesawat bergerak dalam kondisi kecepatan dan ketinggian yang relatif konstan atau hanya saja berubah arah haluan atau heading yang mana gaya angkat sayap akan sama dengan berat pesawat saat cruise ini.

5. Descent

Descent adalah fase penerbangan pesawat setelah mendekati runway untuk mendarat kemudian pesawat melakukan pergerakan turun dengan kecepatan konstan dengan mengatur pitch atau daya mesin. 

Secara umum descent memiliki sudut ketika akan menuju bandara yaitu tiga derajat. Keadaan descent menuju bandara ini disebut dengan istilah approaching. Setelah melakukan approaching, kemudian pesawat akan melakukan pengambilan posisi untuk landing.

6. Landing

Landing merupakan akhir dari fase penerbangan. Pesawat akan berusaha menurunkan kecepatan serendah mungkin supaya dapat menyentuh runway sehalus mungkin setelah posisi landing diperoleh. Pada pesawat yang besar,penurunan kecepatan tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan flap maupun speed brakes. 

Saat proses penurunan kecepatan tersebut juga dapat dibantu dengan memanfaatkan kondisi melawan arah angin atau head-wind seperti pada saat take-off. Situasi saat pesawat menyentuh darat biasa dikenal dengan istilah touch down. Kondisi setelah landing, pesawat kembali melakukan taxi untuk menempatkan diri di apron.

Bagikan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Konsultasi gratis alat ukur dan uji yang sesuai kebutuhan Anda. Segera hubungi kami.