TDS atau Total Dissolved Solids adalah jumlah keseluruhan zat padat terlarut dalam air, baik berupa garam anorganik, mineral, logam, maupun senyawa organik yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Zat-zat ini terlarut dalam bentuk ion atau molekul yang sangat kecil sehingga tidak dapat disaring hanya dengan penyaringan biasa. TDS biasanya diukur dalam satuan mg/L atau ppm (parts per million).
Konsep TDS menjadi penting karena memberikan gambaran umum mengenai kualitas air. Air dengan kadar TDS yang terlalu tinggi bisa terasa asin, pahit, atau bahkan berbahaya jika mengandung logam berat. Sebaliknya, air dengan kadar TDS terlalu rendah juga tidak ideal, karena bisa kehilangan mineral penting yang sebenarnya dibutuhkan tubuh.
Air yang kita konsumsi sehari-hari, baik dari sumur, air ledeng, maupun air kemasan, pasti memiliki nilai TDS. Nilai ini bervariasi tergantung dari sumber air, proses filtrasi, hingga kondisi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, memahami TDS tidak hanya sekadar mengetahui angka, tetapi juga memahami bagaimana angka tersebut memengaruhi kualitas air yang kita konsumsi.
Unsur-Unsur Penyusun TDS
Mineral Anorganik
Sebagian besar TDS berasal dari mineral anorganik yang terlarut dalam air, seperti kalsium, magnesium, natrium, dan kalium. Mineral-mineral ini biasanya masuk ke dalam air melalui proses alami, misalnya dari pelarutan batuan atau tanah. Kehadiran mineral dalam jumlah yang seimbang justru memberikan manfaat, seperti membantu keseimbangan elektrolit tubuh dan menjaga kesehatan tulang. Namun, bila jumlahnya berlebihan, justru dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti hipertensi akibat natrium berlebih atau batu ginjal akibat kalsium berlebih.
Senyawa Organik
Selain mineral, TDS juga dapat mengandung senyawa organik. Senyawa ini biasanya berasal dari aktivitas manusia, seperti limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Kehadiran senyawa organik dalam kadar tinggi bisa menjadi indikator pencemaran air. Misalnya, pestisida atau zat kimia dari limbah industri bisa terlarut dalam air dan menambah angka TDS secara signifikan.
Unsur-unsur inilah yang membuat TDS tidak bisa hanya dipandang sebagai “angka”. Perlu diketahui juga jenis zat apa yang menyusunnya, karena dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan bisa sangat berbeda.
Satuan Pengukuran TDS
TDS diukur menggunakan satuan miligram per liter (mg/L) atau parts per million (ppm). Misalnya, jika air memiliki TDS sebesar 300 ppm, artinya dalam setiap 1 liter air terdapat 300 miligram zat padat terlarut.
Nilai ini biasanya didapatkan melalui dua metode:
Pengukuran langsung dengan TDS meter – alat elektronik yang mendeteksi konduktivitas listrik air, lalu mengkonversinya menjadi nilai TDS.
Metode laboratorium (gravimetri) – air diuapkan hingga tersisa zat padat, lalu ditimbang untuk mengetahui jumlah padatan terlarut.
Skala pengukuran TDS umumnya berkisar antara 0 hingga 2000 ppm. Air dengan TDS di bawah 500 ppm dianggap masih baik untuk dikonsumsi, sedangkan air dengan TDS di atas 1000 ppm biasanya tidak layak diminum tanpa pengolahan lebih lanjut.
Dengan kata lain, angka TDS bukan sekadar angka di layar alat, tetapi gambaran dari seberapa “bersih” dan sehat air yang kita konsumsi.
Pentingnya Memahami TDS
Hubungan TDS dengan Kualitas Air
TDS sering dijadikan parameter penting dalam menilai kualitas air. Air dengan TDS yang rendah umumnya terasa segar dan tidak memiliki rasa yang aneh. Namun, jika terlalu rendah, bisa jadi air tersebut kehilangan mineral alami yang bermanfaat. Sebaliknya, air dengan TDS terlalu tinggi bisa menandakan adanya kontaminasi dari logam berat, limbah industri, atau zat kimia berbahaya.
Misalnya, air sumur di daerah pegunungan biasanya memiliki TDS alami dari mineral yang larut dalam batuan, sehingga aman dikonsumsi. Namun, air tanah di dekat kawasan industri sering kali memiliki nilai TDS yang tinggi akibat tercemar limbah.
Dengan memahami nilai TDS, kita bisa mengetahui apakah air layak untuk diminum, digunakan memasak, atau hanya cocok untuk keperluan lain seperti mencuci dan menyiram tanaman.
Peran TDS dalam Kehidupan Sehari-hari
TDS bukan hanya angka teknis yang digunakan oleh ilmuwan atau teknisi laboratorium. Dalam kehidupan sehari-hari, TDS sangat berpengaruh pada kenyamanan dan kesehatan kita. Misalnya, rasa air minum yang berbeda-beda dari berbagai merek air kemasan sebenarnya berasal dari perbedaan kandungan TDS.
Air dengan TDS rendah biasanya terasa tawar, sementara air dengan TDS sedang bisa terasa lebih “segar” karena adanya mineral. Itulah sebabnya beberapa orang lebih suka air mineral dibanding air suling. Bahkan, dalam dunia kuliner, kualitas air dengan TDS tertentu dapat memengaruhi rasa kopi, teh, hingga masakan.
Selain itu, TDS juga berpengaruh pada peralatan rumah tangga. Air dengan TDS tinggi cenderung meninggalkan kerak pada panci, ketel, atau mesin pemanas air. Sementara itu, air dengan TDS rendah lebih ramah terhadap peralatan tersebut.
Dampak TDS terhadap Kesehatan
Kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kadar TDS dalam air minum. Air dengan kadar TDS ideal (sekitar 100–300 ppm) dapat memberikan asupan mineral penting seperti kalsium, magnesium, dan kalium. Namun, bila TDS terlalu tinggi, risiko kesehatan meningkat.
Beberapa dampak negatif TDS tinggi antara lain:
Gangguan pencernaan akibat adanya zat kimia berlebih.
Hipertensi dari natrium berlebih dalam air.
Kerusakan ginjal karena penumpukan mineral tertentu.
Keracunan logam berat jika air mengandung timbal, arsenik, atau merkuri.
Di sisi lain, air dengan TDS terlalu rendah (misalnya <50 ppm) juga tidak disarankan dikonsumsi dalam jangka panjang, karena bisa menyebabkan tubuh kekurangan mineral alami.
Dengan demikian, menjaga agar nilai TDS air tetap berada dalam rentang ideal adalah kunci untuk mendapatkan air minum yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh.
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat TDS
Sumber Alami
TDS dalam air sebagian besar berasal dari sumber alami. Air hujan yang turun ke tanah akan melewati lapisan batuan dan tanah, melarutkan mineral di dalamnya, lalu masuk ke sungai, danau, atau air tanah. Proses ini membuat air mengandung mineral alami seperti kalsium, magnesium, dan kalium.
Misalnya, daerah dengan banyak batu kapur biasanya memiliki air tanah dengan kadar kalsium tinggi, sehingga TDS air di wilayah tersebut lebih besar. Sebaliknya, di daerah dengan tanah vulkanik, kandungan mineral seperti belerang lebih dominan.
Dengan kata lain, kondisi geologi suatu daerah sangat berpengaruh pada nilai TDS air.
Aktivitas Manusia
Selain faktor alami, aktivitas manusia juga berkontribusi besar terhadap tingginya TDS dalam air. Pertanian, misalnya, menggunakan pupuk dan pestisida yang bisa larut ke dalam tanah dan masuk ke sumber air. Limbah rumah tangga seperti sabun, deterjen, dan sisa makanan juga meningkatkan nilai TDS.
Industri adalah salah satu penyumbang terbesar. Limbah pabrik yang mengandung logam berat, bahan kimia, atau zat berbahaya lainnya dapat mencemari sungai dan sumur. Sekalipun melalui proses pengolahan, beberapa zat masih bisa terlarut dalam air sehingga meningkatkan TDS.
Kegiatan pembangunan seperti penambangan, konstruksi, dan urbanisasi juga memengaruhi. Misalnya, penambangan batu bara atau emas menghasilkan limbah asam tambang yang meningkatkan kadar TDS di perairan sekitarnya.
Dengan kata lain, peran manusia sering kali memperburuk kondisi air yang sebenarnya sudah memiliki TDS alami. Jika tidak dikelola dengan baik, aktivitas ini bisa membuat air tidak layak konsumsi.
Kondisi Lingkungan dan Geografis
Lingkungan sekitar dan letak geografis juga memengaruhi tinggi rendahnya TDS. Daerah pegunungan dengan banyak sumber mata air cenderung memiliki air yang lebih murni dengan TDS rendah, sedangkan daerah dataran rendah yang banyak aktivitas manusia biasanya memiliki TDS lebih tinggi.
Musim juga berpengaruh. Saat musim hujan, air lebih banyak, sehingga zat terlarut bisa lebih encer. Sebaliknya, di musim kemarau, volume air berkurang, membuat konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Faktor iklim dan cuaca ekstrem, seperti banjir atau kekeringan, bisa memengaruhi fluktuasi TDS dalam air. Misalnya, banjir dapat membawa limbah ke sungai dan meningkatkan kadar TDS secara drastis.
Secara sederhana, kondisi lingkungan adalah “wadah” yang menentukan seberapa banyak zat bisa larut dalam air. Semakin tercemar lingkungan, semakin tinggi pula nilai TDS-nya.
Cara Mengukur TDS
Alat Pengukur TDS (TDS Meter)
Cara paling praktis mengukur TDS adalah dengan menggunakan TDS meter. Alat ini bekerja dengan mengukur konduktivitas listrik air. Semakin banyak ion dalam air, semakin tinggi konduktivitasnya, dan semakin tinggi pula angka TDS.
TDS meter banyak digunakan di rumah tangga, restoran, hingga industri air minum. Alat ini mudah digunakan—cukup celupkan sensor ke dalam air, dan hasilnya langsung muncul di layar dalam hitungan detik.
Kelebihan TDS meter adalah cepat, praktis, dan bisa digunakan kapan saja. Namun, alat ini tidak bisa membedakan jenis zat yang terlarut. Jadi meskipun nilainya rendah, bukan berarti air bebas dari zat berbahaya, karena bisa saja mengandung kontaminan non-ionik seperti pestisida.
Metode Gravimetri
Selain TDS meter, metode gravimetri juga sering digunakan, terutama di laboratorium. Proses ini dilakukan dengan cara menguapkan sampel air hingga tersisa zat padat di dalamnya. Zat padat yang tertinggal kemudian ditimbang, dan hasilnya digunakan untuk menghitung nilai TDS.
Metode gravimetri lebih akurat dibanding TDS meter, karena benar-benar mengukur zat padat yang ada. Namun, prosesnya memakan waktu lama, membutuhkan peralatan khusus, dan tidak praktis untuk penggunaan sehari-hari.
Biasanya, metode ini dipakai untuk penelitian, pengujian kualitas air industri, atau kepentingan regulasi pemerintah.
Rentang Nilai TDS dan Interpretasinya
Nilai TDS biasanya dibagi dalam beberapa kategori:
Nilai TDS (ppm) | Kualitas Air | Keterangan |
---|---|---|
0 – 50 | Sangat rendah | Hampir tanpa mineral, biasanya air suling |
50 – 150 | Rendah – baik | Cocok untuk minum, segar, dan sehat |
150 – 300 | Ideal | Air mineral dengan kandungan seimbang |
300 – 500 | Cukup tinggi | Masih layak konsumsi, meski rasanya berbeda |
500 – 1000 | Buruk | Tidak disarankan untuk diminum |
>1000 | Tidak layak | Bisa berbahaya bagi kesehatan |
Interpretasi ini penting karena membantu menentukan apakah air hanya sekadar layak minum atau benar-benar sehat. Tidak semua air dengan TDS rendah baik, begitu juga sebaliknya, sehingga perlu dilihat dari komposisi zat penyusunnya.
Standar Kualitas Air Berdasarkan TDS
Standar WHO dan Kementerian Kesehatan
World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa air dengan TDS di bawah 300 ppm dianggap sangat baik, sementara hingga 600 ppm masih bisa diterima. Lebih dari 1000 ppm umumnya dianggap tidak layak minum.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan juga memiliki standar kualitas air minum. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, batas maksimal TDS dalam air minum adalah 500 mg/L. Artinya, air dengan nilai TDS di atas angka ini tidak boleh dikonsumsi secara langsung.
Standar ini dibuat untuk melindungi kesehatan masyarakat, karena air dengan TDS tinggi biasanya mengandung zat berbahaya, meskipun tidak selalu terlihat atau terasa.
TDS Ideal untuk Air Minum
Air minum ideal biasanya berada pada rentang 100–300 ppm. Pada nilai ini, air memiliki kandungan mineral yang cukup tanpa menimbulkan rasa yang aneh. Banyak air mineral kemasan di pasaran memang sengaja dipertahankan dalam rentang ini, agar terasa segar sekaligus menyehatkan.
Air dengan TDS terlalu rendah, misalnya air hasil distilasi atau reverse osmosis, cenderung hambar. Meskipun bebas dari zat berbahaya, air ini bisa mengurangi asupan mineral alami bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Sebaliknya, air dengan TDS terlalu tinggi bisa menimbulkan masalah kesehatan, sehingga biasanya perlu melalui proses filtrasi tambahan seperti activated carbon filter, RO system, atau water softener.
Kategori Air Berdasarkan Nilai TDS
Secara umum, air bisa dikategorikan berdasarkan nilai TDS-nya:
Air Suling (Distilled Water) – TDS mendekati 0, hampir tanpa mineral.
Air Mineral Ringan – TDS 50–150 ppm, segar untuk dikonsumsi.
Air Mineral Sedang – TDS 150–300 ppm, seimbang antara rasa dan kandungan mineral.
Air Tawar Tinggi – TDS 300–500 ppm, masih bisa diminum tapi rasa berbeda.
Air Keras atau Tercemar – TDS >500 ppm, tidak layak konsumsi.
Dengan memahami kategori ini, kita bisa lebih bijak dalam memilih air minum yang sesuai kebutuhan.
Dampak TDS Tinggi pada Kehidupan Sehari-Hari
Dampak pada Rasa dan Aroma Air
Air dengan TDS tinggi biasanya memiliki rasa dan aroma yang berbeda dari air dengan TDS normal. Rasa air bisa menjadi asin, pahit, atau bahkan agak logam tergantung jenis mineral atau senyawa yang mendominasi. Misalnya, kandungan natrium yang tinggi dapat membuat air terasa asin, sedangkan magnesium berlebih bisa membuat rasa agak pahit. Aroma air juga bisa terpengaruh—air yang tercemar senyawa organik dari limbah pertanian atau industri sering kali berbau tidak sedap.
Hal ini tentu memengaruhi kenyamanan kita saat mengonsumsi air. Tidak jarang, meski secara teknis masih bisa diminum, orang enggan mengonsumsinya karena rasa dan aromanya tidak enak. Maka, menjaga TDS dalam batas ideal bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal kualitas hidup sehari-hari.
Dampak pada Peralatan Rumah Tangga
Selain memengaruhi rasa, TDS tinggi juga merugikan dalam pemakaian sehari-hari. Air dengan TDS tinggi biasanya disebut air keras, yang meninggalkan kerak pada ketel, panci, atau mesin pemanas air. Endapan ini berasal dari kalsium dan magnesium yang terlarut. Jika dibiarkan, kerak akan menumpuk, mengurangi efisiensi alat, bahkan merusaknya.
Contohnya, pemanas air listrik membutuhkan energi lebih besar jika ada lapisan kerak, sehingga tagihan listrik pun meningkat. Mesin cuci atau peralatan dapur yang sering terkena air keras juga bisa lebih cepat rusak.
Dengan demikian, memahami TDS juga penting dari sisi ekonomi. Menggunakan air dengan TDS ideal bukan hanya sehat, tetapi juga menghemat biaya perawatan peralatan rumah tangga.
Dampak pada Pertanian dan Perikanan
Air dengan TDS tinggi tidak hanya berpengaruh pada manusia, tetapi juga pada pertanian dan perikanan. Dalam pertanian, air dengan TDS tinggi bisa menyebabkan akumulasi garam di tanah, yang pada akhirnya mengurangi kesuburan. Tanaman kesulitan menyerap air karena tanah menjadi terlalu “asin”, mirip seperti fenomena tanah salin.
Di perikanan, air dengan TDS terlalu tinggi bisa mengganggu kehidupan ikan. Beberapa spesies ikan air tawar sensitif terhadap perubahan kandungan mineral. Jika kadar garam dan mineral dalam air terlalu tinggi, ikan bisa stres, pertumbuhannya terhambat, bahkan mati.
Oleh karena itu, mengontrol TDS sangat penting dalam bidang agrikultur dan akuakultur, agar hasil panen dan budidaya tetap maksimal.
Cara Menurunkan TDS dalam Air
Filtrasi dengan Reverse Osmosis (RO)
Reverse Osmosis (RO) adalah metode paling populer untuk menurunkan TDS. Sistem ini menggunakan membran semi-permeabel yang hanya melewatkan molekul air, sementara ion dan zat terlarut lainnya dibuang.
Keunggulan RO adalah kemampuannya menurunkan TDS hingga hampir nol, sehingga menghasilkan air yang sangat murni. Namun, kelemahannya, air hasil RO sering kali terasa hambar karena kehilangan mineral alami. Oleh karena itu, beberapa sistem RO modern menambahkan filter mineralizer untuk mengembalikan sebagian mineral sehat.
Penggunaan Activated Carbon Filter
Filter karbon aktif juga efektif menurunkan TDS, khususnya untuk menghilangkan senyawa organik dan klorin yang memengaruhi rasa dan bau. Meskipun tidak seefektif RO dalam mengurangi semua jenis zat terlarut, filter ini dapat memperbaiki kualitas air secara signifikan.
Filter karbon sering digunakan sebagai tahap awal sebelum air masuk ke sistem RO. Dengan begitu, umur membran RO lebih panjang dan kualitas air lebih terjamin.
Metode Distilasi
Distilasi bekerja dengan cara memanaskan air hingga menguap, kemudian mendinginkan uap tersebut menjadi air kembali. Proses ini efektif memisahkan air dari hampir semua zat padat terlarut, sehingga menghasilkan air dengan TDS sangat rendah.
Namun, distilasi membutuhkan energi besar, sehingga tidak praktis untuk penggunaan rumah tangga dalam skala besar. Biasanya, metode ini lebih banyak dipakai di laboratorium atau industri tertentu yang membutuhkan air ultrapure.
TDS Rendah: Apakah Selalu Baik?
Kelebihan Air dengan TDS Rendah
Air dengan TDS rendah umumnya terasa lebih segar dan ringan. Selain itu, risiko adanya kontaminan berbahaya lebih kecil dibanding air dengan TDS tinggi. Air suling, air RO, atau air hujan yang ditampung dengan benar biasanya memiliki nilai TDS yang rendah.
Bagi beberapa orang, air dengan TDS rendah terasa lebih enak untuk diminum. Bahkan, atlet atau orang yang sedang diet rendah natrium kadang memilih air ini untuk mengurangi asupan garam berlebih.
Kekurangan Air dengan TDS Rendah
Meski terlihat ideal, air dengan TDS terlalu rendah juga tidak selalu baik. Tubuh kita membutuhkan mineral esensial seperti kalsium dan magnesium yang biasanya ada dalam air. Jika air terlalu murni, kita kehilangan asupan mineral tambahan dari air minum.
Konsumsi jangka panjang air dengan TDS rendah (misalnya <50 ppm) bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap gangguan kesehatan karena kekurangan mineral. Selain itu, air murni dengan TDS nol cenderung “lapar ion”, yang berarti dapat melarutkan mineral dari pipa logam atau wadah penyimpanan, sehingga justru membawa zat berbahaya.
Jadi, yang terbaik bukanlah air dengan TDS terendah, melainkan air dengan TDS yang seimbang.
Manfaat TDS dalam Bidang Industri
Industri Air Minum Kemasan
Dalam industri air minum, TDS menjadi parameter utama untuk menentukan kualitas produk. Air mineral dengan TDS tertentu dianggap lebih segar dan menyehatkan, sehingga dipasarkan dengan nilai jual tinggi. Produsen biasanya mengontrol TDS dengan sistem filtrasi agar konsisten dengan standar yang diinginkan.
Industri Makanan dan Minuman
Air dengan TDS seimbang juga penting dalam industri makanan dan minuman. Misalnya, barista profesional sering memperhatikan TDS air untuk menyeduh kopi. Air dengan TDS terlalu rendah membuat rasa kopi hambar, sementara TDS terlalu tinggi bisa menutupi cita rasa asli biji kopi.
Begitu pula dalam pembuatan bir, teh, atau minuman berkarbonasi, TDS berperan besar dalam menciptakan rasa khas.
Industri Farmasi dan Medis
Dalam dunia farmasi, air dengan TDS rendah diperlukan untuk produksi obat-obatan, karena harus bebas dari kontaminan. Begitu juga di rumah sakit, air ultrapure digunakan untuk keperluan laboratorium, sterilisasi, hingga hemodialisis pasien.
Dengan kata lain, TDS tidak hanya relevan untuk konsumsi sehari-hari, tetapi juga sangat penting dalam berbagai sektor industri.
Perbandingan TDS dengan Parameter Kualitas Air Lainnya
TDS vs pH
TDS sering kali dikaitkan dengan pH, tetapi keduanya adalah hal yang berbeda. pH mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air, sementara TDS mengukur jumlah zat padat terlarut. Air dengan pH netral (sekitar 7) bisa saja memiliki TDS tinggi, begitu juga sebaliknya.
Misalnya, air RO biasanya memiliki pH sedikit asam (6–6,5) dengan TDS rendah. Sebaliknya, air tanah di daerah kapur bisa memiliki pH netral atau basa tetapi dengan TDS tinggi karena kandungan kalsium dan magnesium.
Artinya, mengecek TDS saja tidak cukup. Untuk benar-benar memahami kualitas air, parameter lain seperti pH juga harus diperhatikan.
TDS vs Kesadahan Air (Hardness)
Banyak orang mengira TDS sama dengan kesadahan (hardness), padahal tidak. Kesadahan air hanya mengukur jumlah kalsium dan magnesium, sedangkan TDS menghitung semua zat padat terlarut, termasuk natrium, klorida, sulfat, hingga logam berat.
Artinya, air bisa saja memiliki TDS tinggi tapi tidak terlalu keras jika kandungannya bukan kalsium atau magnesium. Sebaliknya, air bisa keras meskipun TDS-nya tidak terlalu tinggi.
Kesadahan lebih berpengaruh pada pembentukan kerak di peralatan, sedangkan TDS lebih memberikan gambaran umum kualitas air secara menyeluruh.
TDS vs Konduktivitas Listrik
Konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) sering digunakan untuk memperkirakan TDS. Semakin banyak ion dalam air, semakin tinggi konduktivitasnya. Itulah sebabnya TDS meter sebenarnya mengukur konduktivitas lalu mengonversinya ke nilai TDS.
Namun, hubungan ini tidak selalu akurat karena konversi bergantung pada jenis ion yang ada. Air dengan banyak ion natrium mungkin menunjukkan nilai konduktivitas berbeda dibanding air dengan dominasi ion kalsium, meski TDS totalnya sama.
Jadi, meskipun berkaitan erat, TDS dan konduktivitas tetap parameter yang berbeda.
Teknologi Modern untuk Mengontrol TDS
Sistem Reverse Osmosis (RO) Canggih
Perkembangan teknologi membuat sistem RO kini lebih efisien. Membran modern mampu menahan lebih banyak kontaminan sekaligus tetap menjaga mineral penting. Beberapa sistem bahkan dilengkapi dengan remineralization filter untuk mengembalikan kalsium dan magnesium sehat ke dalam air.
Selain itu, sistem RO terbaru menggunakan smart sensor yang bisa memantau TDS secara real-time melalui aplikasi smartphone. Dengan begitu, pengguna bisa langsung tahu kapan filter perlu diganti atau jika kualitas air menurun.
Nanofiltrasi (NF)
Nanofiltrasi adalah teknologi baru yang mirip RO tetapi lebih selektif. Sistem ini mampu menurunkan TDS, terutama dari ion bervalensi ganda seperti kalsium dan magnesium, sambil tetap mempertahankan sebagian mineral bermanfaat.
Metode ini banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, dan farmasi, karena memberikan kualitas air yang lebih stabil dengan biaya energi lebih rendah dibanding RO.
Desalinasi Air Laut
Untuk daerah pesisir dengan sumber air tawar terbatas, teknologi desalinasi menjadi solusi. Proses ini menggunakan RO atau distilasi untuk mengubah air laut dengan TDS sangat tinggi (>30.000 ppm) menjadi air layak minum.
Meski mahal dan membutuhkan energi besar, desalinasi semakin berkembang dengan bantuan teknologi hemat energi dan tenaga surya. Negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sangat bergantung pada teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan air minum warganya.
Tips Memilih Air Minum Berdasarkan TDS
Cek dengan TDS Meter
Jika ingin memastikan kualitas air di rumah, gunakan TDS meter. Alat ini relatif murah dan mudah digunakan. Hasil pengukuran bisa langsung menunjukkan apakah air layak minum atau tidak.
Perhatikan Sumber Air
Air kemasan biasanya sudah memiliki TDS ideal. Namun, untuk air sumur atau ledeng, sebaiknya periksa secara rutin. Jika TDS terlalu tinggi, pertimbangkan untuk menggunakan filter atau membeli air kemasan.
Jangan Terpaku pada Angka
Meskipun TDS penting, bukan berarti air dengan TDS paling rendah adalah yang terbaik. Tubuh kita tetap membutuhkan mineral. Jadi, pilih air dengan TDS seimbang (100–300 ppm) untuk konsumsi harian.
Lakukan Tes Laboratorium Jika Perlu
Jika air di rumah memiliki TDS tinggi, lakukan uji laboratorium untuk mengetahui jenis zat terlarutnya. Bisa jadi, air tersebut mengandung zat berbahaya seperti arsenik atau timbal, yang tidak bisa dideteksi hanya dengan TDS meter.
Kesimpulan
TDS (Total Dissolved Solids) adalah parameter penting dalam menentukan kualitas air. Nilai TDS memberi gambaran jumlah zat padat terlarut dalam air, baik mineral alami maupun kontaminan berbahaya. Air dengan TDS ideal (100–300 ppm) tidak hanya segar untuk diminum, tetapi juga menyehatkan karena mengandung mineral penting.
Namun, TDS terlalu tinggi bisa berdampak buruk bagi kesehatan, peralatan rumah tangga, hingga sektor pertanian dan perikanan. Sebaliknya, TDS terlalu rendah juga tidak selalu baik karena kehilangan mineral esensial.
Dengan bantuan teknologi modern seperti RO, nanofiltrasi, dan desalinasi, kita bisa mengontrol nilai TDS agar sesuai standar. Bagi masyarakat, memahami TDS bukan hanya soal angka teknis, melainkan langkah penting untuk menjaga kesehatan, kualitas hidup, dan keberlanjutan lingkungan.
FAQ tentang TDS (Total Dissolved Solids)
Berapa nilai TDS ideal untuk air minum sehari-hari?
Nilai ideal berkisar antara 100–300 ppm, karena masih mengandung mineral penting tanpa menimbulkan rasa atau dampak negatif.Apakah TDS tinggi selalu berbahaya?
Tidak selalu. Jika tinggi karena mineral alami, mungkin masih aman. Namun, jika disebabkan logam berat atau limbah, bisa berbahaya.Apakah air dengan TDS nol sehat?
Tidak disarankan dalam jangka panjang karena tubuh kehilangan asupan mineral alami.Bagaimana cara paling efektif menurunkan TDS air rumah tangga?
Menggunakan sistem Reverse Osmosis (RO) adalah cara paling efektif.Apakah semua air kemasan memiliki TDS ideal?
Tidak. Setiap merek memiliki TDS berbeda, tergantung sumber dan proses pengolahan.