Panduan Definitif Kualitas Kain Tekstil: Peran Hardness Tester & Implementasi Standar ISO/SNI

Daftar Isi

Kualitas kain tidak konsisten—sebuah frasa yang sering menjadi mimpi buruk bagi produsen garmen dan tekstil. Satu batch kain terasa sempurna, sementara batch berikutnya terasa berbeda, warnanya sedikit luntur, atau bahkan lebih mudah sobek. Masalah ini bukan hanya menyebabkan kerugian finansial akibat cacat produksi dan penolakan barang, tetapi juga menggerus fondasi terpenting dalam bisnis: reputasi merek. Pelanggan yang kecewa adalah pelanggan yang hilang.

Namun, bagaimana jika Anda bisa mengubah ketidakpastian ini menjadi keunggulan kompetitif? Artikel ini bukan sekadar ulasan alat uji kain biasa. Ini adalah kerangka kerja strategis yang akan memandu Anda membangun sistem jaminan kualitas (Quality Assurance – QA) kelas dunia, dari hulu ke hilir.

Anda akan mempelajari cara mengidentifikasi cacat produksi hingga ke akarnya, memilih alat uji yang tepat untuk setiap kebutuhan—termasuk peran krusial hardness tester—dan yang terpenting, cara mengimplementasikan standar internasional seperti ISO dan ASTM, serta SNI, untuk mencapai konsistensi, efisiensi, dan kesempurnaan produk. Bersiaplah untuk mengubah cacat menjadi keunggulan.

  1. Mengapa Kualitas Kain Tekstil Adalah Fondasi Bisnis Anda?
  2. Membedah Kualitas Kain: Dari Karakteristik Hingga Cacat Produksi
    1. Tanda-Tanda Kain Berkualitas Tinggi vs. Rendah
    2. Akar Masalah: Penyebab Utama Inkonsistensi dan Cacat Kain
  3. QC Manager’s Playbook: Alat Uji Kain Esensial untuk Laboratorium Anda
    1. Dari Kekuatan Tarik hingga Tahan Luntur: Alat Uji Kunci dan Fungsinya
    2. Panduan Pembeli: Memilih Alat Uji yang Tepat untuk Kebutuhan Anda
  4. Fokus Utama: Peran Krusial Hardness Tester dalam Menjamin Durabilitas
    1. Bagaimana Hardness Tester Bekerja pada Kain?
    2. Manfaat Langsung: Dari Konsistensi Produksi hingga Kepuasan Pelanggan
  5. Panduan Praktis: Cara Mengukur Kekerasan dan Properti Kain Lainnya
    1. Langkah-demi-Langkah: Melakukan Uji Kekerasan (Kekakuan) Kain
    2. Menginterpretasikan Hasil: Apa Arti Angka-Angka Tersebut?
  6. Implementasi Standar Global: Membangun Sistem QA dengan ISO, SNI, & ASTM
    1. Peta Jalan Implementasi Standar untuk UKM Tekstil
  7. Kesimpulan: Dari Cacat Menuju Kesempurnaan
  8. Referensi dan Sumber

Mengapa Kualitas Kain Tekstil Adalah Fondasi Bisnis Anda?

Dalam industri tekstil yang sangat kompetitif, kualitas bukanlah sebuah pilihan, melainkan fondasi yang menopang seluruh struktur bisnis. Kualitas kain yang konsisten dan terjamin berdampak langsung pada setiap aspek operasional, mulai dari efisiensi produksi hingga loyalitas pelanggan. Mengabaikan kualitas berarti membuka pintu bagi berbagai masalah yang dapat meruntuhkan bisnis Anda.

Dampak dari kualitas yang buruk sangat nyata. Secara global, diperkirakan 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahunnya, di mana sebagian besar disebabkan oleh cacat produksi dan bahan yang tidak memenuhi standar[1]. Limbah ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kerugian finansial langsung bagi perusahaan. Setiap meter kain yang ditolak adalah biaya produksi yang terbuang sia-sia.

Lebih dari itu, kualitas yang tidak konsisten secara perlahan merusak aset paling berharga sebuah merek: kepercayaan pelanggan. Seperti yang ditekankan oleh para ahli industri, ketika pelanggan menerima produk dengan kualitas yang berbeda-beda, kepercayaan mereka akan menurun, dan keunggulan kompetitif perusahaan pun terkikis[2]. Kepuasan pelanggan yang tinggi, reputasi merek yang kokoh, efisiensi produksi yang maksimal, dan pintu menuju pasar global hanya dapat terbuka jika Anda menjadikan kualitas kain sebagai prioritas utama.

Membedah Kualitas Kain: Dari Karakteristik Hingga Cacat Produksi

Memahami “kualitas” dalam konteks tekstil berarti mampu membedakan antara kain yang superior dan yang inferior, serta mengenali akar penyebab dari setiap cacat yang muncul. Kualitas ditentukan oleh serangkaian faktor, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses finishing akhir.

Tanda-Tanda Kain Berkualitas Tinggi vs. Rendah

Bagi para profesional, mengidentifikasi kualitas sering kali dapat dilakukan melalui inspeksi visual dan sentuhan. Berikut adalah checklist praktis untuk membedakan kain berkualitas tinggi dan rendah:

Perbedaan Kualitas Kain Tinggi dan Rendah
Perbedaan Kualitas Kain Tinggi dan Rendah
  • Kepadatan dan Kerataan Tenunan: Kain berkualitas tinggi memiliki tenunan yang rapat, rata, dan konsisten tanpa ada celah atau benang yang longgar.
  • Kerataan Warna: Warna pada kain berkualitas tersebar merata di seluruh permukaan, tanpa ada bercak, belang, atau perbedaan rona yang signifikan.
  • Rasa di Tangan (Hand-feel): Sifat bahan sangat menentukan. Sebagai contoh, kain katun berkualitas tinggi akan terasa lembut dan sejuk, sementara campuran sintetis berkualitas rendah mungkin terasa kasar atau panas di kulit[7].
  • Tidak Ada Cacat Fisik: Periksa adanya cacat seperti lubang, sobekan, benang tertarik (snagging), atau pilin (pilling) pada permukaan kain.
  • Potensi Masalah Kesehatan: Kain berkualitas rendah dapat mengandung residu kimia dari proses pewarnaan atau finishing yang murah. Sisa bahan kimia ini berpotensi menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi, sebuah masalah kesehatan yang sering diabaikan[5].

Akar Masalah: Penyebab Utama Inkonsistensi dan Cacat Kain

Inkonsistensi dan cacat pada kain jarang terjadi secara acak. Mereka adalah hasil dari masalah spesifik dalam rantai produksi. Memahami akar masalah ini adalah langkah pertama untuk menyelesaikannya.

Salah satu penyebab utama adalah variasi pada bahan baku itu sendiri. Bahkan jika sama-sama kapas, bahan baku dari pemasok atau panen yang berbeda dapat memiliki panjang serat dan kekuatan yang tidak sama, yang pada akhirnya menghasilkan kain dengan karakteristik yang berbeda[6].

Untuk pendekatan yang lebih sistematis, banyak perusahaan menggunakan metode analisis ilmiah seperti Fault Tree Analysis (FTA) untuk melacak sumber cacat. Sebuah studi kasus yang dipublikasikan menunjukkan bagaimana metode ini dapat secara efektif mengidentifikasi faktor-faktor kritis—baik dari mesin, manusia, maupun material—yang menyebabkan cacat pada kain sarung[4].

Berikut adalah beberapa kategori umum cacat produksi tekstil:

  • Cacat Tenun/Rajut: Meliputi benang putus, tenunan renggang, atau lubang.
  • Cacat Pewarnaan (Dyeing): Seperti warna tidak rata (uneven dyeing), warna belang (streaks), atau kelunturan warna (color bleeding).
  • Cacat Finishing: Termasuk kain yang menyusut secara tidak normal, permukaan yang tidak rata, atau bau kimia yang menyengat.

Dengan mengklasifikasikan dan memahami penyebab setiap cacat, Anda dapat membangun sistem pencegahan yang jauh lebih efektif daripada sekadar melakukan inspeksi di akhir proses.

QC Manager’s Playbook: Alat Uji Kain Esensial untuk Laboratorium Anda

Untuk beralih dari penilaian subjektif ke jaminan kualitas berbasis data, laboratorium Quality Control (QC) yang lengkap adalah suatu keharusan. Peralatan yang tepat memungkinkan Anda untuk mengukur setiap properti kain secara objektif dan memastikan setiap batch memenuhi standar yang telah ditetapkan. Berbagai produsen alat uji industri seperti ChiuVention[8] dan Darong Tester[9] menyediakan teknologi canggih untuk tujuan ini.

Alat uji kain dapat dikategorikan berdasarkan properti yang diukurnya, seperti kekuatan, ketahanan abrasi, stabilitas dimensi, dan tentu saja, tahan luntur warna. Untuk informasi lebih mendalam tentang metodologi pengujian standar, sumber daya dari organisasi seperti AATCC Testing Methods sangat berharga.

Dari Kekuatan Tarik hingga Tahan Luntur: Alat Uji Kunci dan Fungsinya

Berikut adalah beberapa alat uji paling krusial dalam laboratorium tekstil:

  • Tensile Tester (Alat Uji Tarik): Alat ini mengukur kekuatan tarik dan elongasi (peregangan) kain. Menurut para ahli, “sifat tarik kain dapat dikatakan sebagai kelompok sifat yang paling penting untuk sebagian besar aplikasi tekstil”[10]. Pengujian ini secara langsung memprediksi seberapa kuat kain tersebut dan seberapa besar kemungkinannya untuk sobek saat ditarik, misalnya pada bagian jahitan pakaian.
  • Martindale Abrasion Tester: Mengukur ketahanan kain terhadap gesekan (abrasi). Hasilnya sangat penting untuk kain yang akan sering mengalami gesekan, seperti kain pelapis sofa (upholstery) atau celana kerja.
  • Crockmeter: Alat ini digunakan untuk menguji ketahanan luntur warna terhadap gesekan, baik dalam kondisi kering maupun basah. Ini memastikan warna pada pakaian tidak akan luntur dan menodai kain lain atau kulit pemakainya.
  • Hardness Tester (Alat Uji Kekerasan/Kekakuan): Alat ini akan kita bahas lebih dalam, karena perannya sangat penting dalam menentukan hand-feel dan drapabilitas kain.

Panduan Pembeli: Memilih Alat Uji yang Tepat untuk Kebutuhan Anda

Memilih peralatan laboratorium bukan hanya tentang harga. Pertimbangkan faktor-faktor berikut:

  1. Aplikasi Produk Akhir: Kebutuhan pengujian untuk kain pakaian anak (yang menuntut keamanan dari zat kimia berbahaya) sangat berbeda dari kain untuk jok mobil (yang menuntut ketahanan abrasi dan sinar UV yang tinggi).
  2. Standar yang Harus Dipenuhi: Pastikan alat yang Anda pilih mampu melakukan pengujian sesuai dengan standar yang relevan (ISO, ASTM, SNI, atau standar pembeli).
  3. Total Cost of Ownership (TCO): Jangan hanya melihat harga beli. Pertimbangkan juga biaya kalibrasi, perawatan rutin, ketersediaan suku cadang, dan pelatihan operator. Saat memilih, carilah spesifikasi teknis yang detail, seperti yang biasa disediakan oleh pemasok alat ukur industri, untuk memastikan alat tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda[11].

Fokus Utama: Peran Krusial Hardness Tester dalam Menjamin Durabilitas

Meskipun istilah “hardness tester” atau penguji kekerasan lebih umum di industri logam atau plastik, dalam dunia tekstil, alat ini memiliki peran unik dan penting. Secara teknis, alat ini tidak mengukur “kekerasan” seperti pada material padat, melainkan sifat-sifat yang berkaitan seperti kekakuan (stiffness) dan kelenturan (flexibility). Sifat-sifat ini secara kolektif menentukan hand-feel (rasa di tangan) dan drapability (cara kain menggantung atau jatuh) dari sebuah produk.

Mengapa ini penting? Karena konsistensi hand-feel adalah salah satu penentu utama kualitas di mata konsumen. Dengan menggunakan hardness tester, produsen dapat memastikan setiap gulungan kain memiliki tingkat kekakuan yang sama, sehingga produk akhir terasa konsisten dari satu batch ke batch berikutnya.

Lebih jauh lagi, alat ini dapat dianggap sebagai “sustainability enabler”. Dengan memastikan kain memiliki sifat fisik yang tepat, termasuk durabilitas yang terukur, perusahaan dapat mengurangi jumlah produk yang gagal dalam uji kualitas, yang pada akhirnya mengurangi limbah produksi[11].

Bagaimana Hardness Tester Bekerja pada Kain?

Pengujian Kekakuan Kain dengan Hardness Tester
Pengujian Kekakuan Kain dengan Hardness Tester

Prinsip kerja hardness tester untuk tekstil cukup sederhana. Bayangkan Anda mencoba menekuk selembar karton dan selembar kertas. Anda membutuhkan lebih banyak tenaga untuk menekuk karton. Analogi ini mirip dengan cara kerja alat tersebut.

Secara umum, alat ini bekerja dengan memberikan gaya (force) yang terukur untuk menekuk, melipat, atau menembus sampel kain pada kondisi yang terkontrol. Alat kemudian mengukur resistensi yang diberikan oleh kain terhadap gaya tersebut. Semakin besar resistensi yang terukur, semakin kaku (stiff) kain tersebut. Hasilnya disajikan dalam nilai numerik yang objektif, menghilangkan tebakan dan penilaian subjektif dari operator.

Manfaat Langsung: Dari Konsistensi Produksi hingga Kepuasan Pelanggan

Implementasi pengujian kekakuan/kekerasan kain memberikan manfaat nyata di seluruh lini produksi:

  • Konsistensi Hand-Feel: Menjamin bahwa kemeja yang diproduksi hari ini akan terasa sama persis dengan kemeja yang diproduksi enam bulan dari sekarang.
  • Prediksi Drapabilitas: Desainer dapat menggunakan data dari pengujian ini untuk memprediksi bagaimana sebuah kain akan “jatuh” saat dijadikan pakaian, memastikan hasil akhir sesuai dengan visi kreatif mereka.
  • Jaminan Spesifikasi: Memastikan produk akhir memenuhi spesifikasi teknis yang diminta oleh pembeli, terutama untuk aplikasi teknis seperti interior otomotif atau alat medis.
  • Mengurangi Keluhan Pelanggan: Bayangkan sebuah studi kasus hipotetis: sebuah merek fesyen menerima keluhan bahwa kerah kemeja mereka “lemas” dan tidak berdiri tegak setelah beberapa kali dicuci. Dengan menerapkan pengujian kekakuan pada kain interlining kerah, mereka dapat menetapkan standar minimum dan menolak bahan baku yang tidak memenuhinya, sehingga secara drastis mengurangi keluhan pelanggan dan meningkatkan kepuasan.

Panduan Praktis: Cara Mengukur Kekerasan dan Properti Kain Lainnya

Melakukan pengujian yang akurat dan dapat diulang adalah kunci dari sistem QC yang andal. Ini membutuhkan lebih dari sekadar memiliki alat; ini menuntut pemahaman tentang prosedur standar.

Pertama, kondisi lingkungan pengujian sangatlah penting. Organisasi standar internasional menetapkan bahwa pengujian tekstil harus dilakukan dalam “atmosfer standar” untuk pengujian. Menurut standar seperti ISO 139, ini berarti suhu 20°C (± 2°C) dan kelembaban relatif 65% (± 4%)[8], [13]. Mengkondisikan sampel kain dalam lingkungan ini sebelum pengujian memastikan bahwa hasilnya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi suhu atau kelembaban.

Langkah-demi-Langkah: Melakukan Uji Kekerasan (Kekakuan) Kain

Meskipun prosedur spesifik dapat bervariasi tergantung pada model alat dan standar yang diikuti, proses umumnya meliputi langkah-langkah berikut:

  1. Persiapan Sampel: Potong sampel kain sesuai dengan dimensi yang disyaratkan oleh metode pengujian. Sebagai contoh, beberapa prosedur standar internasional mungkin mensyaratkan sampel berukuran 25 x 150 mm[12].
  2. Pengkondisian: Letakkan sampel di ruang dengan atmosfer standar (seperti dijelaskan di atas) selama minimal 24 jam untuk menstabilkan sifat fisiknya.
  3. Kalibrasi Alat: Pastikan alat uji telah dikalibrasi sesuai dengan instruksi pabrikan untuk menjamin akurasi.
  4. Pelaksanaan Pengujian: Pasang sampel pada alat dan jalankan pengujian. Alat akan menerapkan gaya dan mencatat hasilnya.
  5. Pencatatan Hasil: Catat nilai numerik yang ditampilkan oleh alat.

Pro Tip: Selalu lakukan pengujian pada kedua arah benang: arah lungsin (warp) (memanjang) dan arah pakan (weft) (melebar). Sifat kain seringkali berbeda secara signifikan di kedua arah ini, dan data dari keduanya penting untuk gambaran kualitas yang lengkap.

Menginterpretasikan Hasil: Apa Arti Angka-Angka Tersebut?

Hasil dari hardness tester adalah data kuantitatif yang perlu diinterpretasikan. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan kain yang lebih kaku, sedangkan nilai yang lebih rendah menunjukkan kain yang lebih lemas dan fleksibel.

Menghubungkan angka-angka ini dengan aplikasi dunia nyata adalah kuncinya. Anda dapat membuat tabel referensi internal untuk memandu tim produksi dan desain Anda.

Rentang Nilai Kekakuan (Contoh)Karakteristik KainAplikasi yang Sesuai
Rendah (misal, < 20)Sangat Lemas, MenggantungGaun sutra, syal, blus sifon
Sedang (misal, 20 – 50)Lembut tapi BerstrukturKemeja katun, kaos, celana bahan ringan
Tinggi (misal, > 50)Kaku, Menahan BentukKerah kemeja, kain kanvas, interlining, denim

Dengan data objektif ini, diskusi tentang “rasa” kain tidak lagi subjektif, melainkan didasarkan pada angka yang dapat diukur, dilacak, dan direplikasi.

Implementasi Standar Global: Membangun Sistem QA dengan ISO, SNI, & ASTM

Mencapai Standar Kualitas Global ISO dan SNI
Mencapai Standar Kualitas Global ISO dan SNI

Memiliki alat uji canggih hanyalah satu bagian dari teka-teki. Untuk membangun sistem jaminan kualitas yang benar-benar kelas dunia, Anda harus beroperasi berdasarkan standar yang diakui secara global dan nasional. Standar dari organisasi seperti ISO (International Organization for Standardization), ASTM International (American Society for Testing and Materials), dan SNI (Standar Nasional Indonesia) menyediakan bahasa dan metodologi universal untuk kualitas.

Standarisasi penting karena:

  • Menjamin Konsistensi: Memberikan prosedur pengujian yang pasti sehingga hasil dari laboratorium Anda dapat dibandingkan dengan hasil dari laboratorium lain di seluruh dunia.
  • Akses Pasar: Banyak pasar internasional, terutama di Eropa dan Amerika Utara, mewajibkan produk untuk memenuhi standar ISO atau ASTM tertentu.
  • Meningkatkan Kepercayaan: Sertifikasi terhadap standar menunjukkan kepada pelanggan bahwa Anda serius tentang kualitas.

Beberapa standar paling relevan dalam industri tekstil meliputi:

  • ISO 105: Serangkaian standar yang sangat komprehensif untuk menguji tahan luntur warna terhadap berbagai faktor seperti pencucian, cahaya, dan gesekan[14].
  • ASTM D5034: Metode uji standar untuk mengukur kekuatan sobek dan elongasi kain, sebuah indikator kunci durabilitas[15].
  • SNI: Standar Nasional Indonesia yang relevan untuk berbagai produk tekstil, memastikan kesesuaian untuk pasar domestik dan seringkali menjadi acuan untuk pengadaan pemerintah[16].

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menjelajahi sumber daya langsung dari ISO/TC 38 Textiles Committee dan ASTM Committee D13 on Textiles.

Peta Jalan Implementasi Standar untuk UKM Tekstil

Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), mengadopsi standar internasional mungkin tampak menakutkan. Namun, ini dapat dilakukan secara bertahap:

  1. Identifikasi Standar Kunci: Mulailah dengan mengidentifikasi 2-3 standar yang paling kritis untuk produk dan pasar target Anda. Apakah itu tahan luntur warna (ISO 105) atau kekuatan sobek (ASTM D5034)?
  2. Buat Checklist QC Internal: Terjemahkan persyaratan standar tersebut menjadi checklist sederhana untuk inspeksi bahan baku masuk dan kontrol proses. (Sebagai langkah awal, Anda bisa membuat “Pre-Production Quality Checklist” Anda sendiri).
  3. Investasi Bertahap pada Alat: Anda tidak perlu membeli semua alat sekaligus. Mulailah dengan alat yang menguji parameter paling kritis bagi pelanggan Anda.
  4. Latih Tim Anda: Pastikan tim QC dan produksi Anda memahami ‘mengapa’ di balik setiap pengujian dan cara melakukan prosedur dengan benar.
  5. Dokumentasikan Segalanya: Catat semua hasil pengujian. Data ini sangat berharga untuk melacak peningkatan, mengidentifikasi tren masalah, dan menunjukkan kepatuhan kepada pelanggan.

Kesimpulan: Dari Cacat Menuju Kesempurnaan

Kualitas kain bukanlah sebuah kebetulan; ia adalah hasil dari sebuah sistem yang terencana, terukur, dan dieksekusi dengan disiplin. Perjalanan dari produksi yang penuh cacat menuju kesempurnaan produk yang konsisten bergantung pada tiga pilar utama: pemahaman mendalam tentang karakteristik material, penggunaan alat uji yang presisi, dan kepatuhan terhadap standar kualitas yang diakui.

Alat seperti hardness tester bukan lagi sekadar barang mewah, melainkan komponen penting dalam gudang senjata QC modern. Ia memberikan data objektif tentang hand-feel dan durabilitas—dua faktor yang sangat dihargai pelanggan. Namun, kekuatan sebenarnya muncul ketika alat ini digunakan dalam kerangka kerja yang lebih besar, yang didukung oleh standar internasional seperti ISO dan ASTM, serta standar nasional seperti SNI.

Dengan mengadopsi pendekatan sistematis ini—mengidentifikasi akar masalah, menguji secara kuantitatif, dan mematuhi standar—perusahaan Anda dapat secara signifikan mengurangi limbah, membangun reputasi merek yang tak tergoyahkan, dan membuka pintu ke pasar global.

Mulai bangun sistem jaminan kualitas Anda hari ini. Evaluasi proses Anda saat ini menggunakan checklist kami dan pertimbangkan alat uji mana yang paling penting untuk meningkatkan produk Anda. Bagikan artikel ini dengan tim QC Anda untuk memulai diskusi dan melangkah menuju kualitas yang unggul.

Disclaimer: Informasi yang disajikan bersifat edukatif dan tidak menggantikan konsultasi profesional dari ahli tekstil atau insinyur kualitas. Standar dan metode pengujian dapat bervariasi; selalu rujuk pada dokumentasi resmi dari ISO, SNI, dan ASTM untuk aplikasi kritis.

Referensi dan Sumber

  1. Ellen MacArthur Foundation. (N.D.). Fashion and the circular economy.
  2. Moiztex. (N.D.). Pentingnya Pengecekan Kain. Moiztex.com.
  3. Fitinline. (N.D.). 12 Jenis Defect (Cacat) Kain di Industri Garmen. Fitinline.com.
  4. Jurnal UNISSULA. (N.D.). Analisis Penyebab Cacat Produk Kain Sarung. Diakses dari jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimueng/article/view/11908
  5. KlikDokter. (N.D.). Waspada Dampak Buruk Kain bagi Kesehatan. Klikdokter.com.
  6. SouvenirPro. (N.D.). Alasan Mengapa Warna Bahan Tidak Bisa Konsisten. Souvenirpro.id.
  7. Knitto. (N.D.). Kelebihan dan Kekurangan dari Bahan Katun. Blog.knitto.co.id.
  8. ChiuVention. (N.D.). Quality Control in Textile. Chiuvention.com.
  9. Darong Tester. (N.D.). Temperature and Humidity Chamber. Id.darongtester.com.
  10. Saville, B.P. (N.D.). Physical testing of textiles. ScienceDirect.
  11. Alat Ukur Indonesia. (N.D.). Peran Hardness Tester dalam Menciptakan Tekstil Ramah Lingkungan. Alat-ukur-indonesia.com.
  12. Gozetim. (N.D.). Kumaş Sertlik Tayini. Gozetim.com.
  13. Kawan Era Baru. (N.D.). Apa Itu Pengujian Tekstil dan Kenapa Jadi Sangat Penting?. Kawanerabaru.com.
  14. International Organization for Standardization. (N.D.). ISO/TC 38 – Textiles. Diakses dari https://www.iso.org/committee/48136.html
  15. ASTM International. (N.D.). Committee D13 on Textiles. Diakses dari https://www.astm.org/get-involved/technical-committees/committee-d13
  16. Standar Nasional Indonesia (SNI). (N.D.). Badan Standardisasi Nasional.

Bagikan artikel ini

Konsultasi gratis alat ukur dan uji yang sesuai kebutuhan Anda. Segera hubungi kami.