Bagi produsen produk herbal dan madu, kualitas bahan baku adalah segalanya. Namun, ada satu bahan yang paling fundamental dan seringkali terabaikan, yang diam-diam bisa menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan bisnis Anda: air. Pernahkah Anda frustrasi karena rasa madu murni berubah menjadi asam? Atau produk ekstrak herbal yang Anda produksi terasa kurang manjur dan tidak konsisten? Akar masalahnya mungkin lebih sederhana dari yang Anda duga, yaitu kualitas air yang digunakan.
Air bukan sekadar pelarut; ia adalah komponen aktif yang berinteraksi langsung dengan setiap molekul dalam produk Anda. Kualitasnya—terutama kandungan zat terlarut atau Total Dissolved Solids (TDS)—dapat meningkatkan potensi produk Anda atau justru merusaknya secara perlahan.
Artikel ini adalah panduan definitif bagi para produsen. Kami akan mengupas tuntas sains di balik kualitas air, dampaknya pada produk herbal dan madu, serta menyajikan solusi praktis yang dapat ditindaklanjuti. Dari cara mengukur TDS di fasilitas produksi Anda hingga memilih sistem filtrasi yang tepat, panduan ini akan membantu Anda mengubah bahan yang paling sering diabaikan menjadi aset terbesar Anda untuk menjamin produk yang berkualitas tinggi, aman, dan tahan lama.
- Memahami Kualitas Air: Apa Itu TDS dan Mengapa Ini Krusial?
- Dampak Kualitas Air pada Ekstraksi dan Stabilitas Produk Herbal
- Dampak Kualitas Air pada Kestabilan dan Rasa Madu
- Toolkit Produsen: Cara Mengukur dan Memperbaiki Kualitas Air
- Standar Resmi dan Praktik Terbaik bagi Produsen dan Konsumen
- Kesimpulan
- Referensi
Memahami Kualitas Air: Apa Itu TDS dan Mengapa Ini Krusial?
Sebelum melangkah ke solusi, penting bagi setiap produsen untuk memahami metrik utama yang menentukan kualitas air untuk proses produksi: Total Dissolved Solids atau TDS. Ini adalah fondasi untuk semua keputusan kontrol kualitas yang akan Anda ambil. Metrik ini jauh lebih dari sekadar angka; ini adalah cerminan dari semua yang terkandung dalam air Anda yang dapat berinteraksi dengan produk akhir.
Definisi TDS (Total Dissolved Solids) dalam Air
Total Dissolved Solids (TDS) adalah ukuran total dari semua zat anorganik dan organik yang terlarut dalam air. Bayangkan air sebagai sebuah “kendaraan” yang mengangkut berbagai “penumpang”. Penumpang ini bisa berupa mineral seperti kalsium, magnesium, dan kalium; garam seperti natrium klorida; serta sejumlah kecil bahan organik. Zat-zat ini masuk ke dalam air saat ia mengalir melalui bebatuan dan tanah.
Menurut World Health Organization (WHO), TDS adalah salah satu indikator estetika utama kualitas air minum.1] Nilai TDS yang tinggi seringkali memengaruhi rasa air, membuatnya terasa “berat” atau sedikit asin. Penting untuk membedakan TDS dari [pH. Sementara pH mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air, TDS secara spesifik mengukur jumlah total zat yang terlarut di dalamnya. Keduanya adalah parameter penting, tetapi untuk produksi herbal dan madu, TDS memiliki dampak yang lebih langsung terhadap interaksi kimia.
Berapa Nilai TDS Air yang Ideal untuk Produksi?
Untuk air minum, WHO menyarankan bahwa tingkat TDS di bawah 300 ppm (parts per million) dianggap sangat baik, sementara level di atas 1.200 ppm tidak dapat diterima.[1] Air dengan TDS di bawah 100 ppm mungkin terasa hambar karena kekurangan mineral, yang bagi sebagian konsumen kurang disukai.
Namun, untuk aplikasi industri, terutama dalam produksi herbal, farmasi, dan pengolahan makanan, standarnya sangat berbeda. Dalam konteks ini, kemurnian adalah segalanya. Air dengan TDS yang sangat rendah (mendekati 0 ppm) adalah standar emas. Mengapa? Karena air murni adalah pelarut yang “kosong” dan netral. Ia tidak membawa “penumpang” mineral yang dapat bereaksi secara tak terduga dengan senyawa bioaktif dalam herbal Anda. Penggunaan air dengan TDS mendekati nol memastikan bahwa satu-satunya zat yang ada dalam ekstrak Anda berasal dari bahan herbal itu sendiri, menghasilkan produk yang konsisten dan murni.
Di Indonesia, standar untuk air murni ini diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut data dari Water Quality Association (WQA), standar untuk air demineralisasi adalah SNI 6341:2015 – Demineralized Water.[2] Inilah target yang seharusnya dicapai oleh produsen yang serius menjaga kualitas produknya.
Dampak Kualitas Air pada Ekstraksi dan Stabilitas Produk Herbal
Kualitas air yang digunakan sebagai pelarut bukanlah detail teknis yang bisa diabaikan; ia adalah faktor penentu efektivitas dan keamanan produk herbal Anda. Air dengan TDS tinggi, atau yang biasa dikenal sebagai air sadah (hard water), dapat secara aktif menghambat proses ekstraksi dan bahkan merusak senyawa aktif yang ingin Anda manfaatkan.
Mengapa Air Murni adalah Pelarut Terbaik untuk Herbal
Air dikenal sebagai “pelarut universal” karena kemampuannya melarutkan lebih banyak zat daripada cairan lainnya. Namun, kemampuan ini menjadi pedang bermata dua ketika air tersebut sudah dipenuhi oleh zat terlarut lain (TDS tinggi). Proses ekstraksi herbal pada dasarnya adalah “menarik” keluar senyawa-senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik dari materi tanaman.
Sebuah studi ilmiah yang diterbitkan oleh Springer Nature menyoroti bahwa polaritas pelarut memainkan peran kunci dalam meningkatkan perolehan senyawa fenolik dan flavonoid.[3] Kehadiran mineral terlarut dalam air dapat mengubah polaritasnya, sehingga mengurangi efisiensinya dalam “menarik” senyawa yang diinginkan. Dengan kata lain, air dengan TDS tinggi sudah “penuh”, sehingga kemampuannya untuk melarutkan senyawa aktif dari herbal menjadi berkurang drastis. Menggunakan air murni (TDS rendah) memastikan pelarut Anda memiliki kapasitas maksimal untuk bekerja secara efektif.
Risiko Kontaminasi dan Perubahan Sifat Produk
Masalahnya tidak berhenti pada ekstraksi yang tidak efisien. Ion mineral yang umum ditemukan dalam air sadah, seperti Kalsium (Ca2+) dan Magnesium (Mg2+), dapat bereaksi dan mengikat senyawa aktif dalam tanaman. Bayangkan menyeduh teh herbal dengan air sadah; seringkali muncul lapisan tipis atau buih di permukaan. Itu adalah bukti visual dari reaksi antara mineral dalam air dan senyawa dalam teh, yang secara efektif “mengunci” sebagian khasiatnya dan membuatnya tidak tersedia secara hayati.
Lebih jauh lagi, zat terlarut bukan hanya mineral alami. Sumber air yang tidak diolah dapat mengandung kontaminan seperti klorin, sisa pestisida, atau bahkan logam berat. Zat-zat ini dapat masuk ke dalam produk akhir Anda, yang tidak hanya memengaruhi rasa dan umur simpan tetapi juga menimbulkan risiko keamanan yang serius bagi konsumen. Ketatnya standar pemerintah, seperti yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk air limbah industri jamu (mengatur parameter BOD, COD, TSS), secara tidak langsung menunjukkan betapa pentingnya penggunaan air input yang sangat bersih untuk mencegah kontaminasi sejak awal.[6]
Dampak Kualitas Air pada Kestabilan dan Rasa Madu
Berbeda dengan produk herbal di mana air adalah pelarut eksternal, pada madu, air adalah komponen internal yang sangat menentukan stabilitas dan kualitasnya. Kesalahan dalam mengelola kadar air dapat dengan cepat mengubah produk premium menjadi produk gagal yang tidak dapat dijual.
Fermentasi: Musuh Utama Madu Akibat Kadar Air Berlebih
Madu murni secara alami mengandung ragi osmofilik (tahan gula) yang tidak aktif. Namun, ragi ini akan aktif dan memulai proses fermentasi jika kadar air dalam madu melebihi ambang batas tertentu. Fermentasi ini mengubah gula dalam madu menjadi alkohol dan asam asetat, yang menyebabkan rasa madu menjadi asam, muncul buih, dan teksturnya menjadi lebih encer.
Untuk mencegah hal ini, standar kualitas nasional dan internasional telah ditetapkan. Menurut sebuah penelitian yang merujuk pada Standar Nasional Indonesia, SNI 8664:2018 menetapkan bahwa batas maksimal kadar air dalam madu adalah 22%.[4] Madu dengan kadar air di bawah 20% dianggap jauh lebih stabil dan aman dari risiko fermentasi. Inilah mengapa, seperti yang disarankan oleh para peternak lebah berpengalaman, waktu panen sangat krusial. Memanen madu terlalu dini sebelum lebah sempat mengeringkan nektar secara optimal akan menghasilkan madu dengan kadar air tinggi yang rentan rusak.
Hubungan Terbalik: Kadar Air Rendah = TDS Madu Tinggi
Di sinilah sering terjadi kesalahpahaman. Jika TDS tinggi pada air input buruk untuk herbal, mengapa TDS tinggi pada madu justru bisa menjadi indikator kualitas? Jawabannya terletak pada apa yang diukur. TDS dalam madu tidak mengukur mineral dari air tambahan, melainkan konsentrasi total padatan terlarut yang ada di dalam madu itu sendiri—terutama gula, mineral alami dari nektar, dan asam amino.
Penelitian dari Universitas Brawijaya menunjukkan hubungan yang sangat jelas: saat kadar air dalam madu diturunkan melalui proses seperti evaporasi vakum, nilai TDS-nya justru meningkat secara signifikan.[5] Satu studi spesifik menemukan bahwa madu dengan kadar air 21% memiliki nilai TDS tertinggi (343.75 ppm) dibandingkan sampel lain dengan kadar air lebih tinggi.[5]
Ini berarti, TDS yang tinggi pada produk madu akhir adalah pertanda baik. Ini menunjukkan bahwa madu tersebut pekat, padat nutrisi, dan memiliki kadar air yang rendah, sehingga lebih stabil dan tidak mudah berfermentasi.
Toolkit Produsen: Cara Mengukur dan Memperbaiki Kualitas Air
Memahami teori adalah satu hal, tetapi menerapkannya dalam operasional bisnis adalah hal lain. Bagian ini adalah panduan praktis Anda untuk mendiagnosis kualitas air dan menerapkan solusi yang tepat, mengubah pengetahuan menjadi tindakan nyata untuk kontrol kualitas.
Langkah 1: Diagnosis – Mengukur Kualitas Air Anda
Sebelum Anda dapat memperbaiki masalah, Anda harus mengukurnya. Dua pengujian sederhana namun efektif dapat memberikan gambaran jelas tentang kualitas air input Anda:
- Mengukur TDS dengan Meter Digital: Alat ini adalah investasi kecil dengan manfaat besar. TDS meter digital sangat mudah digunakan: cukup celupkan ujung elektroda ke dalam sampel air, dan dalam beberapa detik, layar akan menampilkan nilai TDS dalam satuan ppm. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, uji beberapa sampel: air keran, air sumur (jika digunakan), dan air hasil filtrasi (jika sudah ada). Ini akan memberi Anda data dasar yang konkret.
- Tes Kesadahan Air Sederhana (Tes Sabun): Air sadah disebabkan oleh tingginya konsentrasi ion kalsium dan magnesium. Anda dapat mengidentifikasinya tanpa alat canggih. Ambil botol bersih, isi sepertiganya dengan air sampel, tambahkan beberapa tetes sabun cuci tangan cair, lalu kocok kuat-kuat. Jika busa yang dihasilkan melimpah, air Anda kemungkinan besar lunak (soft water). Jika busa yang terbentuk sedikit dan muncul endapan seperti dadih, air Anda tergolong sadah (hard water).
Langkah 2: Solusi – Memilih Sistem Filtrasi yang Tepat
Setelah mengetahui kondisi air Anda, langkah selanjutnya adalah memilih sistem pemurnian yang sesuai. Penting untuk dipahami: filter sedimen atau karbon aktif biasa yang umum digunakan di rumah tangga TIDAK efektif untuk menurunkan TDS. Filter tersebut sangat baik untuk menghilangkan partikel besar, klorin, dan bau, tetapi tidak dapat menyaring mineral terlarut.
Untuk menurunkan TDS secara signifikan, Anda memerlukan teknologi yang lebih canggih. Berikut adalah perbandingan solusi berdasarkan skala kebutuhan, seperti yang dijelaskan oleh para ahli di industri pengolahan air:
| Metode | Cara Kerja | Efektivitas TDS | Penggunaan Terbaik |
|---|---|---|---|
| Filter Karbon/Sedimen | Menyaring partikel fisik dan menyerap klorin/bau. | Sangat Rendah (Tidak menurunkan TDS) | Pra-filtrasi, perbaikan rasa & bau air minum. |
| Reverse Osmosis (RO) | Menekan air melalui membran semi-permeabel yang sangat halus untuk menyaring mineral, garam, dan kontaminan lainnya. | Sangat Tinggi (Penurunan 90-99%) | Produksi skala UKM, air minum murni, aplikasi yang membutuhkan TDS rendah secara konsisten. |
| Deionisasi (DI) / Demineralisasi | Menggunakan resin penukar ion untuk secara kimiawi menghilangkan ion mineral dari air. | Tertinggi (Penurunan >99.9%) | Standar farmasi, laboratorium, aplikasi yang menuntut kemurnian air absolut (TDS mendekati 0). |
| Distilasi | Merebus air dan mengembunkan uapnya, meninggalkan mineral dan kontaminan. | Sangat Tinggi (Penurunan >99%) | Skala kecil, laboratorium; prosesnya lambat dan boros energi. |
Untuk Skala Rumahan dan Personal
Jika Anda membuat produk herbal untuk konsumsi pribadi, filter keran berkualitas tinggi yang mengandung karbon aktif sudah cukup untuk menghilangkan klorin dan memperbaiki rasa. Namun, sadari bahwa ini tidak akan mengatasi masalah yang disebabkan oleh TDS tinggi.
Untuk Usaha Kecil Menengah (UKM)
Sistem Reverse Osmosis (RO) adalah solusi yang paling direkomendasikan. Ini memberikan keseimbangan terbaik antara efektivitas biaya, kemudahan perawatan, dan kemampuan untuk menghasilkan air dengan TDS rendah secara konsisten. Investasi pada sistem RO akan memastikan setiap batch produk herbal Anda dibuat dengan pelarut yang standar dan murni.
Untuk Standar Tertinggi (Farmasi)
Untuk produksi yang memerlukan kontrol kualitas paling ketat, seperti produk farmasi atau suplemen kelas atas, sistem Deionisasi (DI) atau demineralisasi adalah standar emas. Sistem ini mampu menghasilkan air dengan tingkat kemurnian tertinggi, memastikan tidak ada gangguan ionik sama sekali dalam proses ekstraksi Anda.
Standar Resmi dan Praktik Terbaik bagi Produsen dan Konsumen
Beroperasi dalam industri produk alami berarti memegang tanggung jawab besar terhadap kualitas dan keamanan. Mengacu pada standar resmi bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan kredibilitas merek Anda.
Panduan untuk Produsen: Memenuhi Standar Industri
Untuk memastikan produk Anda memenuhi standar tertinggi, berikut adalah checklist praktis yang harus diikuti:
- Kualitas Air Input: Jadikan SNI 6341:2015 untuk Air Demineralisasi sebagai target utama kualitas air proses Anda.[2] Gunakan sistem filtrasi yang sesuai (seperti RO atau DI) untuk mencapainya.
- Kontrol Proses: Terapkan prinsip Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Ini adalah pedoman dari BPOM yang mencakup semua aspek produksi, dari bahan baku hingga pengemasan, untuk memastikan kualitas, keamanan, dan khasiat produk.
- Kualitas Produk Akhir (Madu): Pastikan produk madu Anda memenuhi SNI 8664:2018, terutama batas kadar air maksimal 22% untuk mencegah fermentasi.[4]
- Kepatuhan Lingkungan: Mematuhi standar air limbah yang ditetapkan oleh JDIH POM bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga cerminan dari proses produksi yang bersih dan terkontrol dari hulu ke hilir.[6]
Panduan untuk Konsumen: Cara Mengenali Produk Berkualitas
Sebagai konsumen yang cerdas, Anda juga memiliki peran dalam memastikan produk yang Anda gunakan aman dan efektif. Berikut cara memverifikasi kualitas produk:
- Cek Registrasi BPOM: Ini adalah langkah paling penting. Unduh aplikasi ‘Cek BPOM’ atau kunjungi situs webnya. Masukkan nomor registrasi yang tertera pada kemasan untuk memverifikasi keaslian dan legalitas produk.
- Waspadai Klaim Berlebihan: Hati-hati dengan produk herbal yang mengklaim memberikan efek instan atau “cespleng”. Menurut peringatan resmi dari BPOM, ini adalah tanda bahaya utama yang mengindikasikan kemungkinan adanya penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) ilegal yang berbahaya bagi kesehatan.[6]
- Periksa Kemasan: Pastikan kemasan tersegel dengan baik, mencantumkan nama produsen yang jelas, tanggal kedaluwarsa, dan nomor batch produksi.
Kesimpulan
Kualitas air bukanlah detail kecil dalam produksi herbal dan madu; ia adalah fondasi yang menopang keamanan, efektivitas, dan stabilitas produk Anda. Dari memastikan ekstraksi senyawa herbal yang maksimal hingga mencegah fermentasi madu, mengontrol Total Dissolved Solids (TDS) dan kemurnian air adalah langkah proaktif yang memisahkan produsen amatir dari para profesional.
Dengan memahami sains di balik kualitas air, mendiagnosis sumber air Anda secara akurat, dan mengimplementasikan solusi filtrasi yang tepat, Anda dapat mengubah bahan yang paling sering terabaikan ini menjadi aset kompetitif terbesar Anda. Kualitas yang konsisten dan keamanan yang terjamin adalah kunci untuk membangun kepercayaan pelanggan dan kesuksesan jangka panjang dalam industri ini.
Mulai ambil tindakan sekarang. Ukur TDS air Anda hari ini dan ambil langkah pertama untuk menguasai elemen paling krusial dalam proses produksi Anda.
Sebagai pemasok dan distributor alat ukur dan uji terkemuka, CV. Java Multi Mandiri memahami kebutuhan kritis para pelaku industri untuk memastikan kontrol kualitas di setiap lini produksi. Kami menyediakan berbagai instrumen presisi, termasuk TDS meter digital, refractometer madu seperti AMTAST DRH-300 dan alat pengujian kualitas air lainnya, yang dirancang untuk aplikasi bisnis dan industri. Kami siap menjadi mitra Anda dalam mengoptimalkan operasi dan memenuhi kebutuhan peralatan komersial Anda. Untuk mendiskusikan kebutuhan perusahaan Anda, silakan hubungi tim ahli kami.
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini ditujukan untuk tujuan edukasi. Untuk aplikasi produksi spesifik, konsultasikan dengan ahli teknologi pangan atau profesional terkait. Selalu patuhi pedoman resmi dari BPOM dan SNI.
Rekomendasi Alat Uji Kualitas Air Lainnya
-

Water Level Temperature Meter
Read more -

Benchtop Conductivity and TDS Meter
Read more -

Turbidity Meter TB-100
Read more -

POCKET SALINITY TESTER SALscan20
Read more -

Alat Ukur Kebutuhan Oksigen Biokimia BIOBASE BK-BOD02
Read more -

Portable UV254 Analyser
Read more -

Portable Total Suspended Solid Meter
Read more -

ORPScan10 Pocket ORP Tester
Read more
Referensi
- World Health Organization. (N.D.). Total dissolved solids in Drinking-water. WHO. Retrieved from https://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/chemicals/tds.pdf
- Water Quality Association. (2022). International Resources Report Country Profile: Indonesia. WQA. Retrieved from https://wqa.org/wp-content/uploads/2022/09/Indonesia.pdf
- Altemimi, A. B. (2023). Impact of different solvents on extraction yield, phenolic composition, in vitro antioxidant and antibacterial activities of deseeded Opuntia stricta fruit. Journal of Umm Al-Qura University for Applied Sciences. Retrieved from https://link.springer.com/article/10.1007/s43994-023-00031-y
- Sila, M., Bija, A., & Ahmad, A. (2020). Sifat Fisis dan Kimia Madu Lokal Kalimantan Timur (Physical and Chemical Properties of Local Honey from East Kalimantan). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 38(2), 119-128. Retrieved from https://pdfs.semanticscholar.org/6013/25c8403d0c6158726324954283cdb6eeee4e.pdf
- Universitas Brawijaya. (N.D.). [Research on the effect of water content reduction on honey TDS values]. repository.ub.ac.id.
- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (Various Dates). Public Warnings and Guidelines on Traditional Medicines and Health Supplements. Retrieved from https://www.pom.go.id/













