Pengujian logam berat dalam produk konsumen, air, dan lingkungan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Kehadiran arsenik, merkuri, timbal, dan kadmium bahkan dalam jumlah renik dapat menimbulkan risiko kesehatan serius dan merusak ekosistem. Namun, bagi para teknisi laboratorium dan analis quality control, tantangan sebenarnya terletak pada proses analisis itu sendiri. Informasi yang ada seringkali terfragmentasi—terlalu teoretis dan akademis, atau kurang memberikan panduan praktis yang bisa langsung diterapkan di meja kerja laboratorium.
Artikel ini hadir untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Ini adalah panduan lab bench terlengkap yang Anda butuhkan, sebuah sumber daya tunggal yang memandu Anda langkah demi langkah melalui seluruh alur kerja pengujian logam berat menggunakan Spektrometri Serapan Atom (AAS). Mulai dari preparasi sampel yang benar, kalibrasi instrumen yang akurat, mengatasi interferensi yang rumit, hingga validasi metode yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), semua dibahas secara tuntas dan praktis.
- Mengapa Pengujian Logam Berat Krusial untuk Keamanan dan Kepatuhan?
- Memahami Spektrometri Serapan Atom (AAS): Cara Kerjanya untuk Analisis Logam Berat
- Panduan Praktis: Proses Pengujian Logam Berat dari A Sampai Z
- Mengatasi Tantangan Umum: Troubleshooting Analisis Logam Berat
- Kunci Integritas Data: Validasi Metode Analisis Sesuai Standar Internasional
- Referensi Kepatuhan: Memahami Batas Maksimum Logam Berat Sesuai SNI
- Kesimpulan: Mencapai Keunggulan dalam Analisis Logam Berat
- References
Mengapa Pengujian Logam Berat Krusial untuk Keamanan dan Kepatuhan?
Pengujian logam berat adalah garda terdepan dalam melindungi kesehatan masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang ketat. Logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), dan kadmium (Cd) bersifat toksik dan dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup, sebuah proses yang dikenal sebagai bioakumulasi. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan organ, gangguan neurologis, hingga kanker.
Untuk mengukur tingkat risiko, para ilmuwan sering menggunakan konsep Hazard Quotient (HQ), yaitu rasio antara potensi paparan polutan dengan tingkat paparan yang dianggap aman[1]. Jika nilai HQ lebih besar dari satu, hal ini mengindikasikan adanya potensi risiko kesehatan yang merugikan. Oleh karena itu, badan regulasi nasional seperti Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Indonesia dan organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO) menetapkan batas deteksi logam berat yang sangat ketat dalam berbagai produk, mulai dari makanan dan minuman, kosmetik, hingga air limbah industri. Memenuhi batas maksimum ini bukan hanya soal kepatuhan hukum, tetapi juga merupakan tanggung jawab etis untuk melindungi konsumen dan lingkungan.
Risiko Kesehatan dari Logam Berat Umum
Logam Berat | Risiko Utama bagi Kesehatan |
---|---|
Timbal (Pb) | Kerusakan otak dan sistem saraf, gangguan perkembangan pada anak, kerusakan ginjal. |
Merkuri (Hg) | Kerusakan sistem saraf pusat, ginjal, dan paru-paru; sangat berbahaya bagi janin. |
Arsenik (As) | Risiko kanker kulit, paru-paru, dan kandung kemih; lesi kulit; penyakit jantung. |
Kadmium (Cd) | Kerusakan ginjal, penyakit tulang (Itai-itai), dan risiko kanker. |
Memahami Spektrometri Serapan Atom (AAS): Cara Kerjanya untuk Analisis Logam Berat
Spektrometri Serapan Atom, atau yang lebih dikenal sebagai AAS (Atomic Absorption Spectrometry), adalah salah satu teknik analisis spektrometer yang paling andal dan banyak digunakan untuk analisis kuantitatif unsur logam. Teknologi ini menawarkan spesifisitas dan sensitivitas tinggi, memungkinkannya mendeteksi logam berat pada konsentrasi sangat rendah, hingga level bagian per juta (ppm) atau bahkan bagian per miliar (ppb).
Cara kerja spektrometer untuk logam berat ini didasarkan pada prinsip unik di mana setiap unsur logam akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang sangat spesifik. Dengan mengukur seberapa banyak cahaya yang diserap oleh sampel, kita dapat menentukan konsentrasi unsur logam di dalamnya secara akurat.
Prinsip Dasar: Bagaimana Atom Menyerap Cahaya?
Prinsip kerja AAS berlandaskan pada Hukum Beer-Lambert, sebuah pilar dalam kimia analitik[2]. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah cahaya yang diserap oleh suatu zat berbanding lurus dengan konsentrasi zat tersebut.
Bayangkan setiap unsur logam memiliki “sidik jari” cahaya yang unik. Ketika sampel yang mengandung, misalnya, timbal (Pb) dimasukkan ke dalam instrumen AAS dan diubah menjadi uap atom bebas, atom-atom timbal tersebut akan menyerap energi cahaya. Kunci dari spesifisitas AAS terletak pada sumber cahayanya, yaitu Lampu Katoda Berongga (Hollow Cathode Lamp). Lampu ini dibuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis. Jadi, untuk mengukur timbal, digunakan lampu timbal yang memancarkan spektrum cahaya yang hanya bisa diserap secara efisien oleh atom timbal. Unsur lain dalam sampel tidak akan menyerap cahaya ini, sehingga analisis menjadi sangat selektif.
Komponen Kunci Spektrometer AAS
Sebuah instrumen AAS terdiri dari beberapa komponen utama yang bekerja secara sinergis[3]:
- Sumber Cahaya (Lampu Katoda Berongga/HCL): Memancarkan cahaya dengan panjang gelombang spesifik untuk unsur target. Setiap unsur memerlukan lampunya sendiri.
- Atomizer (Pengatom): Bagian yang mengubah sampel dari bentuk cair atau padat menjadi uap atom bebas. Dua jenis atomizer yang paling umum adalah Flame (Nyala Api) dan Graphite Furnace (Tungku Grafit).
- Monokromator: Berfungsi seperti filter optik yang sangat presisi. Tugasnya adalah memisahkan panjang gelombang cahaya yang relevan (yang diserap oleh target) dari spektrum lainnya, memastikan hanya cahaya yang benar yang sampai ke detektor.
- Detektor: Komponen elektronik sensitif yang mengukur intensitas cahaya. Ia membandingkan intensitas cahaya dari HCL sebelum dan sesudah melewati uap atom. Penurunan intensitas inilah yang disebut absorbansi.
- Sistem Pembacaan (Komputer): Menerjemahkan sinyal elektronik dari detektor menjadi nilai absorbansi yang dapat dibaca dan, berdasarkan kurva kalibrasi, menghitung konsentrasi akhir.
Perbandingan Metode: Flame AAS (FAAS) vs. Graphite Furnace AAS (GFAAS)
Pemilihan atomizer adalah keputusan krusial yang menentukan sensitivitas dan batasan analisis. Dua teknologi utama, Flame AAS (FAAS) dan Graphite Furnace AAS (GFAAS), memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing[4].
Fitur | Flame AAS (FAAS) | Graphite Furnace AAS (GFAAS) |
---|---|---|
Sensitivitas | Baik, umumnya pada level ppm (mg/L). | Sangat Baik, 100-1000x lebih sensitif dari FAAS, mencapai level ppb (µg/L). |
Volume Sampel | Relatif besar (beberapa mL per analisis). | Sangat kecil (beberapa µL). |
Waktu Analisis | Cepat (beberapa detik per sampel). | Lebih lambat (beberapa menit per sampel). |
Interferensi | Lebih sedikit, terutama interferensi kimia. | Lebih banyak dan kompleks, terutama interferensi matriks dan spektral. |
Aplikasi Umum | Analisis sampel dengan konsentrasi logam sedang hingga tinggi (misal: air limbah, suplemen). | Analisis sampel dengan konsentrasi logam sangat rendah/renik (misal: darah, air minum, makanan). |
Secara umum, FAAS lebih cepat dan lebih mudah digunakan untuk analisis rutin dengan konsentrasi analit yang cukup. Namun, ketika batas deteksi yang sangat rendah diperlukan, GFAAS menjadi pilihan yang unggul meskipun memerlukan optimasi metode yang lebih cermat untuk mengatasi interferensi yang lebih parah[4].
Panduan Praktis: Proses Pengujian Logam Berat dari A Sampai Z
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan sebuah prosedur operasi standar (SOP) yang sistematis. Proses berikut menguraikan alur kerja lengkap, dari persiapan sampel hingga perhitungan hasil, yang selaras dengan praktik terbaik dan prinsip-prinsip dalam standar seperti SNI 6989.84:2019 tentang metode uji kadar besi (Fe) secara Spektrometri Serapan Atom[5].
Tahap 1: Preparasi Sampel – Kunci Awal Keberhasilan Analisis
Tujuan utama preparasi sampel adalah untuk melarutkan sampel padat dan menghilangkan komponen organik (matriks) yang dapat mengganggu analisis, sehingga hanya unsur logam yang tersisa dalam larutan asam yang jernih. Dua metode preparasi yang paling umum adalah destruksi basah dan destruksi kering.
Peringatan Keselamatan: Metode destruksi melibatkan penggunaan asam pekat yang sangat korosif dan berbahaya. Selalu bekerja di dalam lemari asam (fume hood), gunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap termasuk sarung tangan tahan asam, kacamata pelindung, dan jas laboratorium.
Memilih Metode Preparasi yang Tepat
Kriteria | Destruksi Basah (Wet Digestion) | Destruksi Kering (Dry Ashing) |
---|---|---|
Prinsip | Menggunakan asam kuat (seperti HNO₃, H₂O₂, HCl) dan panas untuk mengoksidasi matriks organik. | Menggunakan suhu sangat tinggi (450-550 °C) di dalam tanur (muffle furnace) untuk membakar habis matriks organik. |
Kelebihan | Risiko kehilangan unsur volatil (seperti Hg, As) lebih rendah. Waktu lebih cepat. | Cocok untuk sampel dalam jumlah besar dan sampel dengan kandungan organik sangat tinggi. |
Kekurangan | Memerlukan asam dengan kemurnian tinggi. Potensi kontaminasi dari reagen. | Risiko kehilangan unsur volatil akibat suhu tinggi. Potensi analit menempel pada wadah. |
Contoh Sampel | Jaringan biologis, makanan, air, tanah. | Produk sereal, pakan ternak, beberapa jenis makanan. |
Sebagai contoh, sebuah penelitian yang dilakukan di UIN Jakarta menggunakan metode destruksi basah dengan asam nitrat (HNO₃) untuk preparasi sampel partikulat udara sebelum dianalisis dengan AAS, menunjukkan aplikasi nyata dari teknik ini[6].
Tahap 2: Kalibrasi Spektrometer AAS untuk Akurasi Maksimal
Kalibrasi adalah proses untuk menentukan hubungan antara sinyal absorbansi yang diukur oleh instrumen dengan konsentrasi sebenarnya dari unsur logam. Tanpa kalibrasi yang akurat, semua hasil analisis tidak akan ada artinya. Proses ini melibatkan pembuatan kurva kalibrasi menggunakan larutan standar dengan konsentrasi yang diketahui.
Langkah-langkah Kalibrasi:
- Siapkan Larutan Standar: Buat serangkaian larutan standar (biasanya 4-5 larutan plus satu blanko) dengan konsentrasi yang meningkat. Konsentrasi ini harus mencakup rentang konsentrasi yang diharapkan dari sampel Anda. Idealnya, standar berada dalam rentang absorbansi optimal instrumen (0.2 < A < 0.4)[7].
- Gunakan Blanko: Blanko adalah larutan yang berisi semua komponen kecuali analit target (biasanya air deionisasi dan asam yang sama dengan yang digunakan untuk melarutkan sampel). Ini digunakan untuk mengatur sinyal instrumen ke nol.
- Ukur Absorbansi Standar: Jalankan setiap larutan standar pada AAS dan catat nilai absorbansinya.
- Buat Kurva Kalibrasi: Plot nilai absorbansi (sumbu Y) terhadap konsentrasi (sumbu X). Hasilnya harus berupa garis lurus.
- Verifikasi Linearitas: Kualitas kurva kalibrasi dinilai dari koefisien korelasinya (R²). Nilai R² yang diterima secara umum harus lebih besar dari 0,995, yang menunjukkan hubungan linear yang sangat baik.
- Gunakan CRM: Untuk validasi tertinggi, analisis Certified Reference Material (CRM). CRM adalah sampel dengan konsentrasi analit yang sudah diketahui dan tersertifikasi. Hasil analisis CRM Anda harus berada dalam rentang yang ditentukan oleh sertifikatnya.
Untuk memastikan performa instrumen, parameter seperti Instrument Detection Limit (IDL) juga dihitung. IDL adalah konsentrasi terendah yang dapat dideteksi secara andal oleh instrumen dan dihitung dengan rumus: IDL = 3 x SD, di mana SD adalah standar deviasi dari 7-10 kali pengukuran blanko[7].
Tahap 3: Menjalankan Analisis dan Menghitung Konsentrasi
Setelah instrumen dikalibrasi dengan benar, saatnya menganalisis sampel Anda.
- Aspirasikan Sampel: Jalankan sampel yang telah dipreparasi ke dalam instrumen AAS.
- Catat Absorbansi: Instrumen akan mengukur dan menampilkan nilai absorbansi untuk sampel Anda.
- Hitung Konsentrasi: Dengan menggunakan persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva kalibrasi (y = mx + c, di mana y = absorbansi dan x = konsentrasi), konsentrasi logam berat dalam sampel Anda dapat dihitung. Sebagian besar perangkat lunak AAS modern melakukan perhitungan ini secara otomatis.
Contoh Perhitungan:
Jika kurva kalibrasi Anda menghasilkan persamaan y = 0.05x + 0.001
dan sampel Anda memberikan bacaan absorbansi (y) sebesar 0.150
, maka:
0.150 = 0.05x + 0.001
0.149 = 0.05x
x = 0.149 / 0.05 = 2.98 ppm
Konsentrasi logam dalam sampel Anda adalah 2.98 ppm. Perhitungan ini harus disesuaikan dengan faktor pengenceran apa pun yang dilakukan selama preparasi sampel.
Mengatasi Tantangan Umum: Troubleshooting Analisis Logam Berat
Analisis yang ideal jarang terjadi. Teknisi laboratorium sering menghadapi tantangan yang dapat mempengaruhi akurasi hasil. Memahami cara mendiagnosis dan menyelesaikan masalah ini adalah tanda seorang analis yang kompeten.
Problem #1: Interferensi Matriks yang Mengacaukan Hasil
Interferensi matriks terjadi ketika komponen lain dalam sampel (selain analit target) menyebabkan sinyal absorbansi berubah, sehingga menghasilkan pembacaan yang salah (terlalu tinggi atau terlalu rendah). Ini adalah tantangan dalam analisis logam berat yang paling umum.
Jenis dan Solusi Interferensi
Jenis Interferensi | Deskripsi | Solusi Umum |
---|---|---|
Spektral | Terjadi ketika molekul lain atau atom lain dalam sampel menyerap atau menyebarkan cahaya pada panjang gelombang yang sama dengan analit. Ini menyebabkan sinyal positif palsu. | – Koreksi Latar Belakang (Background Correction): Gunakan teknik seperti Deuterium Arc atau Zeeman Correction yang tersedia pada instrumen modern untuk mengukur dan mengurangi sinyal latar belakang[4]. |
Kimia | Terjadi ketika komponen matriks bereaksi dengan analit, membentuk senyawa yang stabil secara termal dan tidak mudah teratomisasi di dalam nyala api atau tungku. Ini menyebabkan sinyal negatif palsu. | – Gunakan Suhu Lebih Tinggi: Meningkatkan suhu atomizer dapat memecah senyawa yang stabil. – Gunakan Releasing Agent: Tambahkan zat (misal: Lantanum) yang akan bereaksi secara preferensial dengan pengganggu. – Gunakan Metode Penambahan Standar: Teknik kalibrasi di mana standar ditambahkan langsung ke sampel, efektif untuk matriks yang sangat kompleks. |
Problem #2: Kontaminasi Sampel yang Merusak Integritas
Kontaminasi dapat terjadi pada setiap tahap analisis dan merupakan sumber kesalahan yang signifikan, terutama saat mengukur logam pada level renik. Mencegah kontaminasi adalah inti dari Jaminan Kualitas Laboratorium dan merupakan persyaratan utama dalam standar SNI ISO/IEC 17025:2017 tentang kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi[8].
Praktik Terbaik Pencegahan Kontaminasi:
- Peralatan Gelas: Gunakan peralatan gelas Kelas A. Rendam semua peralatan dalam larutan asam (misal: HNO₃ 10%) selama semalam, lalu bilas bersih dengan air deionisasi sebelum digunakan.
- Reagen: Gunakan reagen dengan tingkat kemurnian tertinggi (trace metal grade) untuk meminimalkan kontaminasi dari asam dan pelarut.
- Lingkungan: Jaga kebersihan area kerja. Lakukan preparasi sampel di area yang terpisah dari area analisis untuk mencegah kontaminasi silang.
- Penanganan Sampel: Selalu gunakan sarung tangan bebas bedak. Jangan pernah menyentuh bagian dalam wadah sampel atau ujung pipet.
- Pemusnahan Arsip: Seperti yang dipraktikkan oleh lembaga seperti Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan, musnahkan sampel arsip yang sudah tidak terpakai dengan benar (misal: menggunakan insinerator) untuk mencegah kontaminasi di area penyimpanan[9].
Kunci Integritas Data: Validasi Metode Analisis Sesuai Standar Internasional
Memiliki metode yang berfungsi saja tidak cukup; Anda harus membuktikan bahwa metode tersebut andal, akurat, dan sesuai dengan tujuannya. Proses ini disebut validasi metode analisis. Ini adalah persyaratan mutlak untuk laboratorium yang terakreditasi dan diatur oleh panduan internasional seperti ICH (International Conference on Harmonisation) dan USP (United States Pharmacopeia).
Validasi metode menilai beberapa parameter kinerja kunci[10]:
Parameter | Definisi | Pentingnya |
---|---|---|
Akurasi | Kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. | Menunjukkan seberapa “benar” hasil analisis Anda. Diukur menggunakan CRM atau studi spike recovery. |
Presisi | Kedekatan serangkaian pengukuran satu sama lain. | Menunjukkan seberapa dapat diulang (repeatable) hasil Anda. Diukur sebagai standar deviasi atau %RSD. |
Linearitas | Kemampuan metode untuk menghasilkan hasil yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam rentang tertentu. | Memastikan kurva kalibrasi valid dan dapat digunakan untuk kuantifikasi. Dinilai dari R² > 0,995. |
Limit of Detection (LOD) | Konsentrasi terendah dari analit yang dapat dideteksi, tetapi belum tentu dapat diukur secara akurat. | Menentukan batas kemampuan deteksi metode. |
Limit of Quantitation (LOQ) | Konsentrasi terendah dari analit yang dapat diukur dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima. | Menentukan batas terendah di mana Anda dapat melaporkan hasil kuantitatif yang valid. |
Robustness | Kemampuan metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil yang disengaja dalam parameter metode (misal: sedikit perubahan pH atau suhu). | Menunjukkan seberapa andal metode tersebut dalam penggunaan rutin sehari-hari. |
Sebagai contoh, untuk menghitung LOD dan LOQ dari data kalibrasi, rumus umum yang digunakan adalah:
- LOD = 3.3 x (SD / S)
- LOQ = 10 x (SD / S)
Di mana SD adalah standar deviasi dari intersep y pada kurva kalibrasi dan S adalah kemiringan (slope) dari kurva kalibrasi.
Referensi Kepatuhan: Memahami Batas Maksimum Logam Berat Sesuai SNI
Bagi industri di Indonesia, kepatuhan terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah hal yang tidak bisa ditawar. Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan batas maksimum cemaran logam berat dalam berbagai kategori produk, terutama pangan. Dokumen acuan utamanya adalah SNI tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan[11].
Berikut adalah contoh tabel referensi yang disederhanakan berdasarkan standar tersebut. Catatan: Nilai di bawah ini adalah ilustratif dan harus selalu diverifikasi dengan dokumen SNI terbaru yang relevan.
Contoh Batas Maksimum Cemaran Logam Berat (mg/kg atau mg/L)
Kategori Produk | Arsenik (As) | Kadmium (Cd) | Timbal (Pb) | Merkuri (Hg) |
---|---|---|---|---|
Air Minum Kemasan | 0.01 | 0.003 | 0.01 | 0.001 |
Beras | 0.2 | 0.4 | 0.2 | 0.03 |
Ikan dan Produk Perikanan | 1.0 (anorganik) | 0.5 | 0.3 | 0.5 |
Susu UHT | 0.02 | 0.01 | 0.02 | 0.01 |
Memahami dan mematuhi batas-batas ini sangat penting untuk memastikan produk aman dikonsumsi dan dapat diterima di pasar. Laboratorium pengujian memegang peranan vital dalam memverifikasi kepatuhan ini melalui analisis yang akurat dan tervalidasi.
Kesimpulan: Mencapai Keunggulan dalam Analisis Logam Berat
Pengujian logam berat dengan Spektrometer AAS adalah proses yang kompleks namun dapat dikelola dengan pendekatan yang sistematis dan teliti. Keberhasilan analisis tidak hanya bergantung pada kecanggihan instrumen, tetapi pada pemahaman mendalam dari setiap tahapannya. Mulai dari pemilihan metode preparasi sampel yang tepat untuk membebaskan analit dari matriksnya, dilanjutkan dengan kalibrasi instrumen yang cermat untuk menjamin akurasi, hingga kemampuan untuk mengatasi tantangan seperti interferensi dan kontaminasi.
Puncaknya adalah validasi metode formal, yang memberikan bukti tak terbantahkan bahwa hasil yang Anda laporkan dapat diandalkan, dapat diulang, dan sesuai dengan standar kepatuhan tertinggi seperti SNI dan ISO. Dengan mengikuti panduan komprehensif ini, teknisi dan analis laboratorium dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi mereka, memastikan setiap hasil analisis tidak hanya sebuah angka, tetapi sebuah jaminan keamanan dan kualitas.
Untuk memastikan akurasi dalam setiap analisis, penting untuk memiliki peralatan yang andal dan terkalibrasi dengan baik. Sebagai supplier dan distributor alat ukur dan uji terkemuka, CV. Java Multi Mandiri menyediakan berbagai instrumen spektrometri dan peralatan laboratorium pendukung untuk memenuhi kebutuhan analisis Anda. Jika Anda memerlukan solusi untuk pengadaan instrumen pengujian logam berat, jangan ragu untuk menghubungi kami untuk konsultasi dan penawaran terbaik.
Rekomendasi Alat Spektrometer
-
Spektrofotometer UV AMTAST AMV18
Lihat produk -
Spectrophotometer AMTAST AMT510B
Lihat produk -
Spectrophotometer AMTAST AMT505A
Lihat produk -
SmartDrop™ Nano Spectrophotometer
Lihat produk -
Spectrophotometer AMTAST AMT509B
Lihat produk -
Spektrofotometer UV VIS BIOBASE BK-UV1800PC
Lihat produk -
T3 Portable Spectrophotometer
Lihat produk -
Graphite Parts for Varian Alat Ukur>Spectrophotometer
Lihat produk
Disclaimer: This article provides informational guidance. Always refer to official SNI/ISO standards and consult with a qualified chemist or laboratory professional for specific applications. Safety procedures must be strictly followed.
References
- Universitas Airlangga. (N.D.). Ancaman Serius Pencemaran Logam Berat di Sungai Pangkajene. unair.ac.id.
- LibreTexts. (2023). The Beer-Lambert Law. Chemistry LibreTexts. Retrieved from chem.libretexts.org.
- Torontech. (N.D.). What is an Atomic Absorption Spectrophotometer? A Practical Guide for Elemental Analysis. torontech.com.
- LibreTexts. (2023). Interferences in Absorption Spectroscopy. Chemistry LibreTexts. Retrieved from chem.libretexts.org/Bookshelves/Analytical_Chemistry/Instrumental_Analysis_(LibreTexts)/09%3A_Atomic_Absorption_and_Atomic_Fluorescence_Spectrometry/9.03%3A_Interferences_in_Absorption_Spectroscopy.
- Jurnal Peneliti. (N.D.). Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur Gali Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan.
- Pertiwi, Z. (2023). Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Partikulat (PM2.5) di Udara Ambien Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Repository. Retrieved from repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/71450/1/ZAKIYAH%20PERTIWI-FST.pdf.
- Environmental Chemistry Blog. (2013, July 3). Verifikasi dan Kalibrasi AAS. Retrieved from environmentalchemistry.wordpress.com/2013/07/03/verifikasi-dan-kalibrasi-aas/.
- International Organization for Standardization. (2017). ISO/IEC 17025:2017 General requirements for the competence of testing and calibration laboratories.
- Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan. (N.D.). Cegah Kontaminasi OPTK, Karantina Uji Standar Lakukan Pemusnahan Sampel Arsip Laboratorium. ujistandar.karantinaindonesia.go.id.
- Media Neliti. (N.D.). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Retrieved from media.neliti.com/media/publications/160791-ID-petunjuk-pelaksanaan-validasi-metode-dan.pdf.
- Badan Standardisasi Nasional. (N.D.). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.