Komoditas Pertanian Unggulan Indonesia – Produk hasil pertanian merupakan salah satu komoditas unggulan negara kita, tidak heran karena Indonesia mempunyai tanah yang subur. Sudah sejak jaman dahulu Indonesia terkenal dengan berbagai hasil pertaniannya. Sektor pertanian juga menjadi salah satu mata pencaharian sebagian besar masyarakat kita.
Indonesia sendiri mempunyai beberapa komoditas pertanian unggulan yang mampu bersaing di pasar Internasional. Komoditas tersebut memanglah menjadi salah satu fokus utama pertanian kita, lantas apa saja komoditas tersebut? Berikut adalah beberapa komoditas pertanian unggulan di negara kita :
Komoditas Pertanian Unggulan Indonesia
1. Kelapa Sawit (Palm Oil)
Seperti yang kita ketahui, Indonesia mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas di dunia, karenanya agro industri kelapa sawit menjadi unggulan teratas komoditas pertanian kita. Produksi minyak sawit kita juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya permintaan produk minyak sawit. Meskipun mendapat tekanan dari uni eropa, namun produk minyak sawit kita masih bisa tetap eksis hingga saat ini.
2. Tembakau (Tobaco)
Walaupun di seluruh dunia banyak muncul gerakan anti tembakau / rokok, namun nyatanya permintaan tembakau hasil perkebunan kita tidak pernah surut. Bahkan berdasarkan data dari Kemperin, setiap tahunnya konsumsi rokok kita justru semakin meningkat. Peningkatan ini berkisar antara 5 – 7,4% setiap tahunnya, bahkan diprediksi pada tahun 2020 produksi rokok kita akan mencapai 524,2 miliar batang. Hal ini berarti jumlah tersebut telah melampaui hasil produksi tembakau negara kita.
3. Biji Kopi (Coffe bean)
Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Kualitas kopi kita tidak kalah dengan kedua negara tersebut. Setiap daerah penghasil kopi di negara kita juga memiliki jenis biji kopinya sendiri, ini bisa menjadi salah satu keunggulan industri kopi di tanah air. Terlebih lagi kini menikmati kopi tengah menjadi tren di kalangan anak muda sekarang. Dengan munculnya berbagai bisnis coffe shop tentu akan menjadi tren positif bagi industri kopi kita.
4. Karet (Rubber)
Agroindustri karet alam kini diprediksi mempunyai prospek yang cerah, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan dan SDA yang meningkat. Banyak orang yang lebih memilih menggunakan green tyres dibandingkan karet sintesis. Terlebih lagi dengan semakin langka dan mahalnya minyak bumi yang menjadi salah satu bahan pembuatan karet sintesis.
Hal ini tentu akan menjadi angin segar bagi para petani karet lokal, bahkan pada tahun 2020 diprediksi produksi karet alam di dunia akan mencapai angka 11,5 juta ton. Dari angka tersebut, sekitar 70% penggunaan karet alam ditujukan untuk industri pembuatan ban. Indonesia sendiri menjadi negara produsen karet terbesar kedua di dunia dan ditargetkan dapat memasok karet kering sekitar 3,3 juta ton. Namun kita harus bekerja keras untuk mencapai target tersebut dengan meningkatkan keterampilan SDM dan mengoptimalkan produktivitas perkebunan karet kita.
5. Teh (Tea)
Sektor teh Indonesia juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena pada tahun 2014 kemarin nilai ekspor teh kita menjadi yang terbesar ke-7 di dunia, meskipun teh yang kita produksi barulah teh hitam dan teh hijau. Dalam satu dekade terakhir ini, produsen teh terbesar di dunia diduduki oleh China, India dan kenya yang produksinya bisa mencapai 10x lipat dari hasil kita.
Kurangnya kemampuan finansial dan keahlian dalam mengoptimalkan produksi para petani kita menjadi penyebab masih rendahnya produksi teh di Indonesia. Selain itu sebagian besar tanaman teh kita dihasilkan dari biji, hal ini akan membuat masa panennya lebih lambat dibandingkan dengan cara stek daun teh. Namun teh hasil produksi kita dikenal mempunyai kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia, oleh karena itu dengan mengatasi masalah tersebut bukan tidak mungkin komoditas teh kita akan menyaingi tiga negara tersebut.
6. Tebu (Sugar Cane)
Tanaman tebu sendiri mulai banyak ditanam dan populer di Indonesia pada masa jaman pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem tanam paksa. Tanaman tebu yang telah dipanen biasanya akan segera diangkut ke pabrik gula terdekat demi menghindari penurunan kadar air pada batang tebu. Sejak saat itu, tebu Indonesia menjadi komoditas unggulan yang berhasil diekspor ke luar negeri.
Kondisi iklim di Indonesia dan luasnya lahan pertanian menjadi potensi agroindustri tebu kita. Hingga kini setidaknya masih ada 62 pabrik gula yang masih beroperasi yang tersebar di Jawa tengah dan Timur serta wilayah Sumatera. Hampir sebagian besar pabrik tersebut sudah dibangun sejak jaman penjajahan dan umurnya rata-rata sekitar 100 tahun.
Tuanya umur pabrik menjadikan tingkat produktivitasnya menurun sehingga kita masih ketergantungan dengan gula impor. Karenanya kita harus bekerja keras mengatasi masalah tersebut untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri kita.