Mengenal Apa itu Gaplek – Singkong atau ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan salah satu bahan pangan alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan secara intensif. Singkong merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi dan disamakan dalam tatanan pengembangan agrobisnis dan agro industri. Tanaman singkong masuk ke indonesia kurang lebih pada abad ke 18 tepatnya tahun 1852. Petani singkong di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta menghasilkan panen dengan tingkat produktivitas 11,9 ton/ha.
Singkong memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat yang penting bagi bahan pangan. Singkong mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 34,7 g. Kandungannya yaitu energi sebesar 154 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, mineral 1,3 g, air 62,5 g. Selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, singkong juga dipasarkan dalam bentuk olahan setengah jadi seperti gaplek.
Apa itu Gaplek?
Gaplek biasanya berbentuk potongan singkong kering yang kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk pangan seperti tiwul, growok, gogik dan gatot. Jenis gaplek pun banyak sekali contohnya seperti gaplek gelondongan, gaplek chips, gaplek slice, dan gaplek cubes.
Gaplek (Euphorbiaceae) merupakan bahan komoditi pangan yang banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan harga yang relatif murah. Di pulau jawa daerah penghasil gaplek terbesar adalah di Provinsi Yogyakarta terutama di daerah Gunung Kidul dan Bantul.
Kelebihan gaplek yaitu mudah diolah menjadi tepung, hal ini karena gaplek mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi. Dan jika dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain seperti beras, jagung, ataupun gandum, tepung gaplek mempunyai kandungan serat yang cukup tinggi dan kandungan gula yang rendah. Oleh karena itu tepung gaplek sangat baik bagi pencernaan. Berdasarkan kandungan kalsium, tepung gaplek lebih unggul karena tiap 100 g-nya terkandung kalsium 84,00 mg dan kandungan fosfornya juga tinggi 125,00 mg, sementara kandungan zat besinya juga hampir sama.
Tantangan Utama pada Gaplek dan Tepung Gaplek
Kelemahan gaplek salah satunya adalah kerusakan pascapanen yang ditandai dengan perubahan warna menjadi cokelat kebiruan. Untuk mengurangi risiko tersebut, gaplek perlu dikeringkan dengan benar serta diolah menjadi tepung gaplek kering. Selain itu, kandungan HCN (asam sianida) pada gaplek dapat hilang jika dicuci bersih lalu dijemur hingga kering.
Tepung gaplek (Manihot Esculenta Crantz) sendiri bersifat higroskopis, artinya mudah menyerap air dari udara. Kondisi ini membuatnya rentan rusak dan cepat menjadi asam. Karena itu, setelah proses penggilingan, tepung gaplek harus segera dikemas dalam kantong plastik yang rapat agar terhindar dari kelembaban.
Namun, meskipun kaya manfaat, proses penyimpanan dan pengolahan gaplek memiliki tantangan yang tidak bisa diabaikan:
-
Kerusakan pascapanen – gaplek yang tidak kering sempurna akan cepat berubah warna.
-
Kandungan air tinggi – tepung gaplek mudah menyerap air sehingga rentan berjamur.
-
Kualitas tidak stabil – kadar air berlebih menurunkan mutu, rasa, daya simpan, dan nilai jual.
Di sinilah pengukuran kelembaban (moisture content) menjadi faktor krusial untuk menjaga kualitas gaplek dan produk turunannya.
Contoh alat ukur kelembaban untuk tepung:
Kenapa Kadar Air pada Tepung Gaplek Harus Dikontrol?
-
Mencegah kerusakan produk – kadar air tinggi mempercepat pertumbuhan jamur dan fermentasi.
-
Menjamin standar mutu industri – banyak industri makanan menetapkan standar kelembaban tertentu pada bahan baku.
-
Meningkatkan daya simpan – tepung gaplek dengan kadar air ideal lebih tahan lama saat disimpan.
-
Efisiensi produksi – dengan data kelembaban yang akurat, produsen bisa menentukan kapan tepung aman diproses atau dikemas.
Solusi: Menggunakan Alat Pengukur Kelembaban (Moisture Meter)
Untuk memastikan kualitas tepung gaplek tetap terjaga, produsen dapat memanfaatkan alat pengukur kelembaban tepung atau moisture meter. Alat ini dirancang untuk mengukur kadar air dengan cepat, akurat, dan praktis.
Beberapa keunggulan penggunaan moisture meter:
-
Hasil instan – kadar air bisa diketahui dalam hitungan detik.
-
Akurasi tinggi – meminimalkan kesalahan pengukuran manual.
-
Mudah digunakan – cocok untuk petani, pengusaha UMKM, maupun industri skala besar.
-
Aplikasi luas – selain tepung gaplek, moisture meter juga dapat digunakan untuk berbagai produk pangan lain seperti tepung terigu, kopi, jagung, beras, hingga rempah.
Kesimpulan
Gaplek dan tepung gaplek memiliki potensi besar sebagai bahan baku industri pangan, namun kualitasnya sangat bergantung pada kontrol kelembaban. Dengan bantuan alat pengukur kelembaban tepung (moisture meter), proses produksi menjadi lebih terstandar, produk lebih tahan lama, dan nilai jual tetap terjaga.
Jika Anda bergerak di bidang pengolahan singkong, gaplek, maupun industri tepung, penggunaan moisture meter adalah investasi penting untuk menjaga kualitas produk sekaligus meningkatkan daya saing. Sebagai pemasok dan distributor terkemuka alat ukur dan uji, CV. Java Multi Mandiri memahami tantangan unik yang dihadapi oleh klien bisnis dan industri. Kami berspesialisasi dalam menyediakan instrumen presisi, seperti moisture meter untuk mendukung kualitas produksi Anda. Untuk diskusikan kebutuhan perusahaan Anda, hubungi tim ahli kami hari ini.
Rekomendasi Alat Ukur Kelembaban Lainnya
-
Alat Ukur Kadar Air AMTAST MB79
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kelembaban & Suhu Rotronic HygroPalm HP32
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Busa MC-7825F
Lihat produk★★★★★ -
Alat Analisa Kelembaban AMTAST MB78
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Kayu AMTAST MD912
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kelembaban Moisture Meter DMA1 Copra National Baroda
Lihat produk★★★★★ -
Grain Moisture Meter KETT PM450
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Kertas AMTAST MD919
Lihat produk★★★★★