Setiap pengrajin kayu, manajer produksi furnitur, atau profesional konstruksi pasti pernah merasakan frustrasi ini: papan kayu bernilai tinggi yang awalnya lurus sempurna, tiba-tiba retak saat dijemur atau melengkung setelah dipasang. Waktu, material, dan potensi keuntungan terbuang sia-sia karena cacat yang sebenarnya bisa dicegah. Masalah ini bukan sekadar nasib buruk, melainkan akibat dari satu langkah fundamental yang sering diabaikan: proses pengeringan kayu yang tidak tepat.
Selamat datang di panduan definitif yang dirancang khusus untuk para profesional dan pebisnis kayu di Indonesia. Artikel ini akan menjembatani ilmu teknologi kayu yang kompleks dengan realitas di bengkel kerja atau lini produksi Anda. Kami akan mengupas tuntas mengapa pengeringan adalah fondasi dari setiap produk kayu berkualitas, membandingkan metode pengeringan yang paling efektif, memberikan strategi jitu untuk mencegah cacat yang merugikan, hingga membahas perlakuan pasca-pengeringan untuk menjamin durabilitas maksimal. Kuasai seni dan ilmu pengeringan kayu, dan ubah setiap balok kayu mentah menjadi aset berharga yang kuat, stabil, dan tahan lama.
- Mengapa Pengeringan Kayu adalah Langkah Kunci Keberhasilan Proyek?
- Dua Metode Utama Pengeringan Kayu: Alami vs. Oven
- Panduan Mencegah & Mengatasi Cacat Umum Akibat Pengeringan
- Setelah Kering: Langkah Lanjutan untuk Durabilitas Maksimal
- Tanya Jawab (FAQ) Seputar Pengeringan Kayu
- Kesimpulan
- Referensi
Mengapa Pengeringan Kayu adalah Langkah Kunci Keberhasilan Proyek?
Sebelum membahas teknik, penting bagi setiap profesional untuk memahami mengapa pengeringan begitu fundamental. Proses ini bukan sekadar menghilangkan air, melainkan sebuah transformasi terkontrol yang secara dramatis mengubah sifat mekanis dan fisik kayu. Hubungan antara kadar air, kekuatan, dan stabilitas adalah ilmu pasti yang menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah proyek.
Secara sederhana, bayangkan serat-serat kayu sebagai sekelompok sedotan yang diikat menjadi satu. Pada kayu basah (kayu segar), air mengisi ruang di antara sedotan (rongga sel) dan juga meresap ke dalam dinding sedotan itu sendiri. Air ini berfungsi seperti pelumas, memungkinkan serat-serat kayu bergerak lebih leluasa, sehingga kayu menjadi lebih lentur dan lemah. Proses pengeringan yang terkontrol secara sistematis menghilangkan air ini, menyebabkan serat-serat kayu merapat dan membentuk ikatan yang jauh lebih kaku dan kuat.
Hubungan Kadar Air dengan Kekuatan dan Stabilitas Kayu
Hubungan antara kadar air dan kekuatan kayu bersifat terbalik: semakin rendah kadar air (hingga titik tertentu), semakin tinggi kekuatannya. Saat air yang terikat di dalam dinding sel kayu menguap, terjadi peningkatan signifikan pada hampir semua properti mekanis, termasuk kekuatan tekan, tarik, dan lentur. Faktanya, untuk setiap penurunan 1% kadar air di bawah ambang batas kritis yang disebut Titik Jenuh Serat, kekuatan kayu dapat meningkat sebesar 2-5%, tergantung pada jenis properti dan spesies kayunya.
Selain kekuatan, pengeringan yang tepat juga merupakan kunci utama untuk stabilitas dimensi. Kayu adalah material anisotropik, artinya ia menyusut dengan laju yang berbeda pada tiga arah utama:
- Tangensial: Penyusutan terbesar, searah dengan lingkaran tumbuh.
- Radial: Penyusutan lebih kecil, melintasi lingkaran tumbuh.
- Longitudinal: Penyusutan sangat kecil, sepanjang serat kayu.
Perbedaan laju penyusutan inilah yang menyebabkan cacat seperti melengkung, pecah, dan retak jika proses pengeringan tidak merata. Dengan mengontrol proses pengeringan, kita memastikan penyusutan terjadi secara seragam dan terkendali, menghasilkan produk akhir yang stabil dan tidak mudah berubah bentuk saat terpapar perubahan kelembaban lingkungan.
Apa Itu Titik Jenuh Serat (Fiber Saturation Point)?
Untuk benar-benar menguasai pengeringan, konsep Titik Jenuh Serat atau Fiber Saturation Point (FSP) adalah hal yang wajib dipahami. FSP adalah kondisi kadar air di mana semua air bebas dari rongga sel telah menguap, tetapi dinding sel itu sendiri masih jenuh sepenuhnya oleh air terikat. Untuk sebagian besar spesies kayu, FSP berada di kisaran 25-30% kadar air.
Bayangkan sebuah spons yang basah kuyup. Air yang menetes saat Anda mengangkatnya adalah ‘air bebas’. Setelah tidak ada lagi air yang menetes, spons itu masih terasa lembab dan berat karena air masih tersimpan di dalam material spons itu sendiri—inilah ‘air terikat’. FSP adalah titik di mana semua ‘air bebas’ telah hilang.
Mengapa FSP begitu krusial?
- Penyusutan Dimulai: Kayu tidak akan menyusut secara signifikan sampai kadar airnya turun di bawah FSP.
- Kekuatan Mulai Meningkat: Sifat-sifat mekanis kayu, seperti kekuatan dan kekerasan, baru mulai meningkat secara drastis saat pengeringan berlanjut di bawah FSP.
Memahami FSP memungkinkan para profesional untuk mengantisipasi perubahan perilaku kayu dan menerapkan jadwal pengeringan yang tepat untuk menghindari cacat. Menurut para ahli di bidang teknologi kayu, seperti yang diajarkan di Fakultas Kehutanan UGM dan IPB, mengelola transisi kayu melewati FSP adalah inti dari proses pengeringan yang sukses.
Dua Metode Utama Pengeringan Kayu: Alami vs. Oven
Setelah memahami pentingnya pengeringan, langkah selanjutnya adalah memilih metode yang tepat. Secara umum, ada dua pendekatan utama: pengeringan alami (air drying) dan pengeringan buatan menggunakan kiln atau oven (kiln drying). Pilihan antara keduanya sangat bergantung pada skala operasi, kebutuhan kualitas, kecepatan, dan anggaran investasi.
Fitur | Pengeringan Alami (Air Drying) | Pengeringan Buatan (Kiln/Oven Drying) |
---|---|---|
Waktu | Lambat (Bulan hingga tahun) | Cepat (Hari hingga minggu) |
Biaya Awal | Rendah (Hanya butuh ruang & ganjal) | Tinggi (Investasi pada kiln, energi) |
Kontrol Proses | Terbatas (Tergantung cuaca & iklim) | Penuh (Suhu, kelembaban, sirkulasi udara terkontrol) |
Kualitas Hasil | Bervariasi, risiko cacat lebih tinggi | Konsisten, kadar air akhir bisa diatur presisi |
Risiko Cacat | Tinggi jika penumpukan salah | Rendah jika jadwal pengeringan tepat |
Penggunaan | Ideal untuk skala hobi, pengrajin kecil, tahap awal pengeringan | Standar industri, produksi massal, kayu untuk ekspor |
Metode 1: Pengeringan Alami (Air Drying)
Pengeringan alami adalah metode tradisional yang mengandalkan sirkulasi udara lingkungan untuk menguapkan kelembaban dari kayu secara perlahan. Meskipun lambat, metode ini sangat hemat biaya dan bisa sangat efektif jika dilakukan dengan benar. Kunci utamanya adalah penumpukan yang tepat untuk memastikan setiap permukaan papan kayu terekspos aliran udara secara merata.
Anatomi Tumpukan Kayu yang Sempurna:
- Pondasi (Foundation): Tumpukan harus dimulai di atas pondasi yang rata, kokoh, dan ditinggikan minimal 30-45 cm dari tanah untuk mencegah kelembaban tanah dan mendorong aliran udara di bawah tumpukan.
- Stiker/Ganjal (Stickers): Gunakan ganjal kayu kering dengan ketebalan yang seragam (umumnya 2-2.5 cm). Letakkan ganjal secara berkala (setiap 40-60 cm) di antara setiap lapisan papan. Sangat penting untuk menyejajarkan ganjal secara vertikal dari atas ke bawah untuk mendistribusikan beban secara merata dan mencegah papan melengkung.
- Penumpukan Papan (Stacking): Beri jarak sekitar 2-3 cm antar papan di setiap lapisan untuk memungkinkan udara bergerak bebas.
- Penutup Atas (Cover): Lindungi bagian atas tumpukan dari hujan dan sinar matahari langsung dengan penutup tahan air (seperti lembaran seng atau terpal). Pastikan penutup lebih lebar dari tumpukan dan beri ruang agar udara tetap bisa keluar. Jangan menutup sisi tumpukan, karena ini akan menjebak kelembaban.
Tips Praktis: Pilih lokasi yang teduh, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan terlindung dari hujan. Hindari menumpuk kayu di bawah terik matahari langsung yang dapat menyebabkan pengeringan terlalu cepat dan memicu retak.
Metode 2: Pengeringan Buatan (Kiln/Oven Drying)
Pengeringan buatan menggunakan ruang tertutup yang disebut kiln atau oven, di mana suhu, kelembaban relatif, dan sirkulasi udara dikontrol secara presisi. Metode ini adalah standar industri karena kecepatannya, kemampuannya mencapai kadar air akhir yang sangat rendah, dan konsistensi hasilnya.
Sebuah kiln pengering kayu pada dasarnya memiliki beberapa komponen utama:
- Sistem Pemanas: Untuk menaikkan suhu di dalam ruangan.
- Kipas Sirkulasi: Untuk menggerakkan udara panas secara merata melewati tumpukan kayu.
- Sistem Ventilasi: Untuk mengeluarkan udara lembab dan memasukkan udara segar yang lebih kering.
- Sistem Kontrol: Untuk memonitor dan mengatur suhu serta kelembaban sesuai jadwal.
Proses pengeringan di dalam kiln diatur oleh sebuah drying schedule (jadwal pengeringan), yaitu serangkaian tahapan suhu dan kelembaban yang telah ditentukan untuk spesies dan ketebalan kayu tertentu. Sebagai contoh, jadwal sederhana bisa dimulai dengan suhu relatif rendah (misalnya 40-50°C) dan kelembaban tinggi untuk memanaskan kayu secara perlahan tanpa membuat permukaannya kering terlalu cepat. Seiring waktu, suhu akan dinaikkan secara bertahap sementara kelembaban diturunkan untuk terus menarik air keluar dari interior kayu hingga mencapai target kadar air akhir.
Metode pengujian kadar air yang menjadi acuan, baik untuk kalibrasi alat maupun standar laboratorium, diatur dalam standar seperti SNI 8949:2020 dan ASTM D4442.
Tips dari Ahli: Operator kiln komersial menekankan pentingnya tidak terburu-buru. Menaikkan suhu terlalu cepat adalah kesalahan umum yang dapat menyebabkan cacat internal serius yang disebut case hardening atau pecah seperti sarang lebah (honeycombing).
Panduan Mencegah & Mengatasi Cacat Umum Akibat Pengeringan
Cacat pengeringan adalah musuh utama profitabilitas dan kualitas. Memahami penyebabnya adalah langkah pertama untuk mencegahnya. Berikut adalah panduan troubleshooting untuk masalah yang paling sering terjadi.
Sebuah studi oleh para peneliti dari Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, menyoroti bahwa proses pengeringan memang dapat menyebabkan cacat seperti retak, pecah ujung, dan perubahan bentuk pada kayu lokal. Penelitian mereka menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda dapat mempengaruhi jenis cacat yang muncul pada kayu seperti jati dan sengon, yang menggarisbawahi pentingnya kontrol proses yang tepat [1].
Mengapa Kayu Retak (Checking & Splitting)?
Masalah: Muncul retakan kecil di permukaan papan (surface checking) atau pecah di bagian ujung papan (end checking/splitting).
Penyebab: Pengeringan yang tidak merata. Permukaan atau ujung kayu kehilangan kelembaban dan menyusut jauh lebih cepat daripada bagian interiornya. Tegangan yang timbul dari penyusutan diferensial ini melebihi kekuatan tarik kayu, sehingga menyebabkan seratnya terbelah. Secara spesifik, kelembaban dapat keluar 10 hingga 15 kali lebih cepat dari ujung kayu dibandingkan dari permukaan lainnya, menjadikannya area yang paling rentan.
Solusi Pencegahan:
- Perlambat Pengeringan: Hindari sinar matahari langsung dan angin kencang. Untuk pengeringan alami, pilih lokasi yang lebih teduh. Di dalam kiln, gunakan jadwal pengeringan dengan kelembaban awal yang lebih tinggi.
- Lindungi Ujung Kayu: Segera setelah kayu dipotong, lapisi bagian ujungnya dengan end-grain sealer komersial, emulsi lilin, cat lateks bekas, atau parafin cair. Lapisan ini akan memperlambat pelepasan kelembaban dari ujung kayu, membuatnya seimbang dengan laju pengeringan di permukaan lain.
Cara Mencegah Kayu Melengkung (Warping, Cupping, Bowing)
Masalah: Papan kayu yang tadinya lurus menjadi tidak rata, melengkung seperti busur (bow), cawan (cup), atau baling-baling (twist).
Penyebab: Ketidakseimbangan kadar air antara satu sisi papan dengan sisi lainnya. Ini bisa terjadi selama pengeringan jika sirkulasi udara tidak merata, atau setelah pemasangan jika satu sisi terpapar kelembaban (misal, menempel di dinding lembab) sementara sisi lainnya kering.
Solusi Pencegahan:
- Pengeringan Tuntas & Merata: Pastikan kayu dikeringkan hingga mencapai kadar air yang sesuai untuk lingkungan akhirnya. Gunakan teknik penumpukan yang benar dengan ganjal yang rata dan sejajar untuk memastikan sirkulasi udara yang seragam.
- Aklimatisasi: Sebelum diolah atau dipasang, biarkan kayu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tumpuk kayu di lokasi pemasangan (dengan ganjal) selama beberapa hari hingga satu minggu. Langkah ini memungkinkan kadar air kayu untuk menyeimbangkan diri dengan kelembaban udara sekitar (Equilibrium Moisture Content), sehingga mengurangi risiko pergerakan setelah dipasang.
- Finishing yang Seimbang: Selalu aplikasikan lapisan finishing (cat, pernis, minyak) secara merata di semua sisi papan, termasuk sisi belakang dan ujung yang tidak terlihat. Finishing berfungsi sebagai penghalang yang memperlambat laju penyerapan dan pelepasan kelembaban, dan melapisinya secara merata akan menjaga keseimbangan ini.
Setelah Kering: Langkah Lanjutan untuk Durabilitas Maksimal
Proses tidak berhenti saat kayu mencapai kadar air yang diinginkan. Dua langkah lanjutan—aklimatisasi dan pengawetan—adalah investasi kecil yang memastikan durabilitas dan stabilitas jangka panjang produk Anda.
Pentingnya Aklimatisasi Sebelum Pemasangan
Seperti yang telah disebutkan, aklimatisasi adalah proses membiarkan kayu mencapai Equilibrium Moisture Content (EMC) dengan lingkungannya. Ini adalah langkah krusial yang sering dilewatkan, terutama untuk aplikasi seperti lantai kayu, panel dinding, atau pemasangan kusen pintu dan jendela. Mengabaikan aklimatisasi adalah penyebab utama mengapa lantai kayu yang baru dipasang bisa menggembung atau timbul celah beberapa bulan kemudian.
Panduan praktisnya adalah menumpuk kayu di ruangan tempat ia akan dipasang. Gunakan ganjal di antara papan agar udara dapat bersirkulasi dengan bebas di semua sisi. Menurut para instalatur profesional, langkah ini adalah “asuransi” termurah untuk mencegah komplain pelanggan dan biaya perbaikan di kemudian hari.
Teknik Pengawetan Dasar untuk Melawan Rayap dan Jamur
Untuk kayu yang akan digunakan di lokasi yang rentan terhadap serangan hama (rayap) atau pembusukan akibat jamur, proses pengawetan menjadi sangat penting. Pengawetan tidak secara langsung menambah kekuatan mekanis kayu, tetapi secara krusial mencegah pelemahan struktur kayu akibat serangan biologis, sehingga memperpanjang umur layannya secara signifikan.
Di Indonesia, kayu sering diklasifikasikan berdasarkan tingkat keawetan alaminya (Kelas Awet I-V). Kayu seperti Jati (Tectona grandis) dan Ulin (Eusideroxylon zwageri) termasuk dalam Kelas Awet I dan memiliki ketahanan alami yang sangat tinggi. Namun, untuk kayu dengan kelas awet lebih rendah, pengawetan kimia sangat dianjurkan.
Metode pengawetan untuk skala kecil dan menengah meliputi:
- Perendaman: Merendam kayu dalam larutan bahan pengawet selama beberapa jam hingga hari.
- Pelapisan: Mengaplikasikan bahan pengawet menggunakan kuas atau semprotan, cocok untuk perlindungan permukaan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) memberikan panduan untuk proses ini. Sebagai contoh, riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang merujuk pada SNI 03-5010.1-1999, menyebutkan bahwa untuk penggunaan kayu di bawah atap, rata-rata retensi (jumlah bahan pengawet yang terserap) yang disyaratkan adalah 8 kg/m³ [2]. Mengacu pada data dari lembaga otoritatif seperti BRIN dan Himpunan Peneliti Kayu Indonesia (HIPEKI) dapat membantu memastikan proses pengawetan memenuhi standar kualitas.
Tips Keamanan Saat Menggunakan Bahan Pengawet Kimia:
- Selalu gunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai: sarung tangan tahan kimia, kacamata pelindung, dan masker respirator.
- Bekerja di area yang berventilasi baik.
- Ikuti petunjuk produsen bahan pengawet dengan saksama.
- Kelola limbah bahan kimia secara bertanggung jawab.
Tanya Jawab (FAQ) Seputar Pengeringan Kayu
Berapa kadar air ideal untuk furnitur dan konstruksi?
Kadar air (MC) ideal sangat bergantung pada lingkungan penggunaan akhir produk.
- Furnitur & Interior: Untuk penggunaan di dalam ruangan dengan AC, target MC ideal adalah 6-12%.
- Konstruksi & Eksterior: Untuk komponen seperti kusen, pintu, atau struktur yang terlindung atap, rentang 12-19% umumnya dapat diterima. Menurut SNI 7973:2013, kayu yang digunakan untuk konstruksi harus memiliki kadar air di bawah 30% [3].
Bagaimana cara mengukur kadar air kayu secara akurat?
Ada dua metode utama:
-
- Metode Oven-Dry (Standar Laboratorium): Ini adalah metode paling akurat. Sampel kecil kayu ditimbang, kemudian dikeringkan dalam oven laboratorium pada suhu standar 103 ± 2°C hingga beratnya konstan. Kadar air dihitung berdasarkan selisih berat awal dan akhir.
- Moisture Meter Elektronik (Praktis di Lapangan): Ini adalah alat yang wajib dimiliki. Ada dua jenis utama:
- Pin-type: Mengukur resistansi listrik antara dua pin yang ditancapkan ke dalam kayu.
- Pinless: Menggunakan sensor elektromagnetik untuk memindai area di bawah permukaan kayu tanpa merusaknya.
Alat ini memberikan pembacaan instan dan sangat berguna untuk memonitor proses pengeringan dan memeriksa material sebelum dibeli atau diolah.
Untuk kebutuhan moisture meter, berikut produk yang direkomendasikan:
-
Alat Ukur Kadar Air Bijian Grain Moisture Meter G-WON GMK303RS
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kelembaban Kertas AMTAST MD6G
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Kayu AMTAST MD918
Lihat produk★★★★★ -
Alat Analisa Kelembaban AMTAST MB66
Lihat produk★★★★★ -
Alat Analisa Kelembaban AMTAST MB78
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kelembaban Kertas KETT HK-300-2
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Kulit Amtast FCM-2
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kelembaban Digital DM300C Moisture Meter
Lihat produk★★★★★
Apakah pengeringan dengan sinar matahari langsung itu baik?
Tidak direkomendasikan. Meskipun menjemur kayu di bawah terik matahari akan mengeringkannya dengan sangat cepat, proses yang terlalu cepat ini adalah resep utama untuk bencana. Panas yang intens menyebabkan permukaan kayu menyusut secara drastis sementara bagian dalamnya masih basah, menciptakan tegangan ekstrem yang hampir pasti akan menyebabkan retak, pecah, dan melengkung parah. Sebagian besar ahli dan pengrajin berpengalaman merekomendasikan pengeringan di lokasi yang teduh, kering, dan memiliki sirkulasi udara yang baik untuk hasil terbaik.
Kesimpulan
Pengeringan kayu lebih dari sekadar langkah persiapan; ini adalah fondasi yang menentukan kekuatan, stabilitas, dan durabilitas dari setiap produk kayu yang Anda hasilkan. Dengan memahami ilmu di baliknya—bagaimana kadar air secara langsung mempengaruhi sifat kayu—Anda beralih dari sekadar bekerja dengan kayu menjadi benar-benar menguasai material tersebut.
Kontrol adalah kunci utama. Baik melalui metode alami yang sabar maupun metode oven yang presisi, tujuan utamanya adalah menghilangkan kelembaban secara merata dan terkendali. Ingatlah selalu bahwa mencegah cacat seperti retak dan melengkung melalui teknik penumpukan yang benar, aklimatisasi, dan finishing yang seimbang jauh lebih efisien dan menguntungkan daripada mencoba memperbaikinya nanti. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam panduan ini, setiap profesional kayu di Indonesia dapat secara dramatis meningkatkan kualitas hasil karya, mengurangi pemborosan material, dan membangun reputasi untuk produk yang tahan lama.
Bagikan pengalaman Anda dalam mengeringkan kayu di kolom komentar di bawah! Teknik mana yang menjadi andalan Anda?
Sebagai pemasok dan distributor alat ukur dan uji terkemuka, CV. Java Multi Mandiri memahami betapa krusialnya data yang akurat dalam proses produksi Anda. Kami mengkhususkan diri dalam melayani klien bisnis dan aplikasi industri, menyediakan instrumen presisi seperti Moisture Meter dan peralatan laboratorium lainnya untuk membantu perusahaan Anda mengoptimalkan operasional, memastikan kontrol kualitas, dan memenuhi standar tertinggi. Jika Anda ingin meningkatkan presisi dalam proses pengeringan dan pengolahan kayu Anda, mari diskusikan kebutuhan perusahaan Anda bersama kami untuk menemukan solusi yang tepat.
Disclaimer: This article provides general guidance. Always follow safety precautions, especially when using chemical preservatives or operating machinery like kilns. Results may vary based on wood species, climate, and equipment.
Rekomendasi Moisture Meter
-
Alat Ukur Kelembapan Kayu merlin® Wood Moisture Meter HM9-WS13
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Dalam Kayu AMTAST AMF041
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Tembakau AMTAST TK100T
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air AMTAST MC-7825S
Lihat produk★★★★★ -
Alat Pemantau Suhu RH dan IAQ AMTAST AMT76
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Kayu AMTAST MD7820
Lihat produk★★★★★ -
Alat Analisa Kelembaban AMTAST MB77
Lihat produk★★★★★ -
Alat Ukur Kadar Air Bijian AMTAST MC7825KK
Lihat produk★★★★★
Referensi
- Adzkia, U., Priadi, T., & Karlinasari, L. (2021). EVALUASI CACAT PENGERINGAN DAN PEMESINAN PADA EMPAT JENIS KAYU CEPAT TUMBUH TERMODIFIKASI PANAS. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 39(2), 91-102. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/488717-evaluasi-cacat-pengeringan-dan-pemesinan-64c839cd.pdf
- Rulliaty, S., & Firmansyah, H. (2012). KETERAWETAN ENAM JENIS KAYU DARI JAWA BARAT DAN RIAU. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(4), 298-305. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/jphh/article/download/12681/9973
- Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2013). SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.