Konsep Pertanian Kota untuk Masa Depan

Konsep Pertanian Kota untuk Masa Depan

Daftar Isi

Konsep Pertanian Kota untuk Masa Depan – Dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming semakin disukai oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Sebelumnya, konsep berkebun di lahan terbatas ini hanyalah sebatas inisiasi dari sekelompok komunitas pecinta lingkungan yang bergerak secara mandiri. Akan tetapi, urban farming pun berkembang secara pesat menjelma menjadi tren gaya hidup urban.

Urban Farming

Konsep Pertanian Kota untuk Masa Depan

Urban farming yang memiliki arti bercocok tanam di daerah rumah perkotaan dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat. Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menggunakan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan juga pestisida sintesis.

Penurunan kualitas hidup yang dialami oleh masyarakat kota juga bisa kembali ditingkatkan melalui aktivitas berkebun di rumah yang menyegarkan pikiran. Akan tetapi jika dilihat dalam jangkauan yang lebih luas, urban farming memiliki dampak yang lebih besar bagi kelangsungan hidup masyarakat perkotaan. Sejumlah penelitian pun menyebutkan bahwa urban farming bisa menjadi konsep pertanian ideal di masa depan. Untuk lebih jelas simak penjelasan tentang urban farming berikut ini!

1. Menjawab Krisis Ruang Terbuka Hijau

Padatnya pembangunan di perkotaan mengakibatkan tergusurnya ruang-ruang terbuka hijau. Hilangnya ruang terbuka hijau sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan, sekaligus meningkatkan polusi yang mana memiliki dampak buruk bagi kesehatan masyarakat kota.

Konsep urban farming lantas menawarkan solusi dengan menciptakan lahan terbuka hijau di tengah padatnya bangunan perkotaan. Urban farming dapat mengelola wilayah perkotaan yang tercemar menjadi lingkungan yang nyaman serta sehat untuk ditinggali.

Beragam sistem penanaman urban farming seperti vertikultur, hidroponik, dan juga aquaponik dapat dengan mudah diaplikasikan di daerah terbatas. Para penggiat urban farming menyulap atap rumah mereka menjadi kebun atap, pagar rumah menjadi taman vertikal, dan juga sebongkah pipa menjadi kebun tanaman hidroponik yang subur.

2. Menjaga Ketahanan Pangan

Proses urbanisasi yang mengakibatkan tingginya laju pembangunan turut menghilangkan keberadaan lahan pertanian di perkotaan. Kota tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan pangannya secara mandiri. Permintaan akan bahan makanan yang tidak terpenuhi akan menyebabkan inflasi harga.

Apabila terus dikembangkan, urban farming dapat diproyeksikan untuk mencukupi ketersediaan bahan makanan serta memperkuat ketahanan pangan kota itu sendiri. Pemerintah kota memiliki andil yang penting dalam menyediakan regulasi khusus untuk mendukung penerapan urban farming, termasuk soal kebijakan hal guna lahan.

3. Urban Farming untuk Pemberdayaan Masyarakat

Selain mendekatkan diri sendiri dengan alam, urban farming juga dapat mendekatkan hubungan sosial antara para penggiatnya. Saat urban farming diaplikasikan dalam lingkungan bertetangga, urban farming mampu menguatkan rasa kebersamaan serta menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan masyarakat kota.

Urban farming tentu dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan produktif yang dapat diikuti oleh masyarakat banyak. Tidak hanya sekedar kegiatan pemberdayaan komunitas, urban farming juga mampu menunjang kondisi ekonomi masyarakat itu sendiri melalui pemasaran hasil panen urban farming.

Potensi Urban Farming di Masa Depan

Urban Farming

Dilansir dari Wired, sebuah studi yang dilangsungkan oleh profesor dari Arizona State University, Matei Georgescu, mengungkap bahwa apabila implementasi urban farming dilakukan secara penuh di setiap kota besar dunia, produksi urban farming mampu menghasilkan 180 juta ton bahan makanan selama setahun. Angka tersebut merupakan 10% dari total hasil produksi makanan secara global.

Tidak hanya itu, urban farming juga memiliki potensi menghemat 15 miliar kilowatt per jam untuk pemakaian energi dunia selama setahun dan menghasilkan 170.000 ton nitrogen ke udara, sama artinya dengan mencegah turunnya 57 juta meter kubik limpasan badai yang sering mencemari sungai dan juga saluran air bersih.

Melihat besarnya keuntungan yang bisa diperoleh dari urban farming, pakar kebijakan publik dari Australian National University, Robert Costanza lebih jauh mengungkapkan strategi yang perlu dilakukan oleh pemerintah kota, yaitu menjadikan urban farming sebagai bagian dari perencanaan tata kota atau urban planning di masa depan.

Dampak Negatif dari Urban Farming

Urban farming memang bisa dilakukan di tengah keterbatasan, akan tetapi urban farming mempunyai dampak yang besar bagi kelangsungan hidup masyarakat kota. Dampak negatif yang sama besarnya juga bisa terjadi jika penerapan urban farming tidak dilakukan secara baik dan juga optimal.

Menurut studi yang dilangsungkan Lori Hoagland berjudul Urban Agriculture: Environmental, Economic, and Social Perspectives, kesalahan pada praktik urban farming dapat menyebabkan meningkatnya polusi suara dan udara, banjir serta pemborosan energi, terutama air.

Kelalaian dalam merawat perkebunan urban farming akan mengakibatkan berkembangnya spesies nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria. Kurangnya keterampilan serta infrastruktur yang tidak layak biasanya menjadi penyebab utama dari kegagalan urban farming. Meskipun urban farming mempunyai potensi yang menguntungkan jika terus dikembangkan secara luas, hasil pangan dari urban farming saat ini masih jauh dari memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota.

Dikutip dari buku Informal Urban Agriculture yang ditulis oleh dua peneliti ilmu pertanian, Michael Hardman dan Peter Larkham, komoditas yang dihasilkan urban farming masih terlampau jauh dari hasil pertanian di pedesaan. Hal ini berkaitan dengan minimnya penggunaan lahan di perkotaan, lemahnya ketahanan finansial para penggiat urban farming, dan juga dalam praktiknya, kegiatan urban farming masih sangat bergantung pada kesukarelaan warga.

Bagikan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *